Industri Pengolahan Ekspansif di Triwulan II Tapi Akan Melambat Setelahnya karena PPKM Darurat
Kinerja sektor industri pengolahan di triwulan II 2021 meningkat dan berada pada fase ekspansi.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) dalam laporan terbarunya menyatakan, kinerja sektor industri pengolahan di triwulan II 2021 meningkat dan berada pada fase ekspansi.
Hal ini tercermin dari Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) yang meningkat sebesar 51,45 persen, dibanding 50,01 persen pada triwulan I 2021 dan 28,55 persen pada triwulan II 2020.
“Peningkatan PMI-BI pada triwulan II 2021 sejalan dengan perkembangan kegiatan sektor industri pengolahan hasil survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang meningkat,” ungkap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangannya, Kamis (15/7/2021).
“Peningkatan terjadi pada hampir seluruh komponen pembentuk PMI-BI, terutama volume produksi dan volume total pesanan yang berada dalam fase ekspansi,” sambungnya.
Baca juga: Minat Riset Hasil Pengolahan Tembakau Rendah, Regulasi Terhambat
Erwin melanjutkan, secara subsektor, mayoritas responden mengalami peningkatan kinerja pada triwulan II 2021.
Terutama subsektor makanan, minuman dan tembakau, subsektor kertas dan barang cetakan, dan subsektor pupuk, kimia dan barang dari karet yang sudah berada pada fase ekspansi.
Baca juga: KSPI: Usulan Sehari WFO-Sehari WFH Tak Masuk Akal untuk Sektor Manufaktur
Responden menyatakan peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan permintaan pada Ramadhan dan Idul Fitri.
BI akan terus mencermati dampak penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat yang kemungkinan akan berimbas pada perkembangan PMI di triwulan III 2021.
Baca juga: Asosiasi Minta Pemisahan Regulasi untuk Produk Hasil Pengolahan Tembakau
Kinerja sektor industri pengolahan berpotensi melambat pada triwulan III 2021 dengan prakiraan angka PMI-BI sebesar 49,89 persen, lebih rendah dari capaian pada triwulan sebelumnya.
“Penurunan PMI-BI disebabkan penurunan mayoritas komponen pembentuknya, terutama volume produksi, volume persediaan barang jadi, dan total jumlah tenaga kerja yang berada pada fase kontraksi,” pungkas Erwin Haryono.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.