Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

IATA: Sepanjang 2021, Industri Penerbangan Masih akan Terdampak Pandemi Covid-19

Maskapai penerbangan perlu menegosiasikan kembali kesepakatan mereka dengan perusahaan leasing dan pembiayaan untuk mendapat penangguhan

Penulis: Hari Darmawan
Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in IATA: Sepanjang 2021, Industri Penerbangan Masih akan Terdampak Pandemi Covid-19
KOMPAS IMAGES / RODERICK ADRIAN MOZES
Ilustrasi pesawat terbang 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - International Air Transport Association (IATA) memprediksi bahwa kondisi pandemi Covid-19 masih akan berdampak terhadap industri penerbangan sepanjang 2021.

Mengutip dari laman situs resmi IATA pada Selasa (27/7/2021), industri penerbangan masih harus berhadapan dengan beberapa tantangan selama pandemi Covid-19 ini berlangsung.

Dalam laporan terbaru IATA yaitu Aviation: preparing the return of travel, Grant Thornton menjelaskan bahwa tiga poin utama yang menjadi tantangan di industri penerbangan termasuk oleh perusahaan maskapai hingga penyedia layanan sewa armada pesawat.

Berikut tantangan yang masih harus dihadapi oleh industri penerbangan sepanjang 2021:

1. Utang dan Restrukturisasi

Tantangan pertama yaitu berdampak langsung pada maskapai penerbangan, dimana utang modal yang diperoleh melalui kepemilikan atau penyewaan pesawat memakan porsi besar dari biaya tetap mereka.

Berita Rekomendasi

Alhasil dengan kondisi perusahaan penyedia armada pesawat tidak mau mengambil kembali pesawat mereka, maskapai penerbangan perlu menegosiasikan kembali kesepakatan mereka dengan perusahaan leasing dan pembiayaan untuk mendapat penangguhan maupun penurunan suku bunga untuk jangka waktu yang masuk akal.

Baca juga: Rusia Bikin Lagi “Pesawat Kiamat”, Armada Udara Khusus Jika Terjadi Perang Total Nuklir

Penyetujuan prosedur restrukturisasi ataupun kepailitan dengan semua kreditur dan pemangku kepentingan tentu juga tidaklah mudah.

Hal ini tentu perlu adanya upaya bersama antara seluruh pelaku pasar untuk mengimplementasikan solusi inovatif yang sesuai dengan disrupsi Covid-19 yang belum pernah dihadapi sebelumnya.

2. Biaya Operasional

Industri penerbangan tidak memiliki opsi lain untuk menurunkan biaya operasional, selain mengurangi karyawan dan mengurangi jadwal penerbangan.

Hal ini terjadi pada maskapai penerbangan di Indonesia, seperti Sriwijaya Air dan juga Garuda Indonesia yang melakukan pengurangan karyawan untuk menekan biaya operasional mereka.

Meski begitu, Grant Thornton menekankan pentingnya untuk memastikan bahwa pendekatan ini tidak akan mempengaruhi masa depan maskapai saat kembali beroperasi normal, terutama terkait hilangnya karyawan-karyawan dengan keterampilan khusus.

Untuk para penyedia armada pesawat atau lessor kondisi semakin buruk dengan kecilnya area untuk bermanuver. Model bisnis yang ada saat ini menekankan besarnya biaya operasional termasuk ketidakmampuan untuk memindahkan pesawat mereka ke wilayah lain atau ke operator white label.

3. Likuiditas

Terakhir tantangan yang harus dihadapi oleh industri penerbangan yaitu likuiditas. Hal ini menjadi tantangan yang serius untuk para maskapai penerbangan dan bisnis pendukungnya.

Likuiditas yang di dalamnya terdapat arus kas, sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan maskapai penerbangan itu sendiri dan di tengah pandemi ini maskapai menanggung biaya tetap dan operasional yang besar sedangkan arus kas berjalan lambat.

Beberapa faktor yang mendorong perencanaan arus kas semakin sulit. Banyak maskapai penerbangan yang menggunakan tunjangan dari pemerintah untuk membayar gaji dan biaya tetap lainnya, namun tentu tidak dapat dipastikan berapa lama fasilitas tersebut akan tersedia dan apakah skemanya akan tetap sama. Selanjutnya masih ada kemungkinan pembatasan perjalanan dan pengaruhnya atas perilaku pelancong.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas