Pastikan Tak ada Klaster Penyebaran Covid-19, Kemenperin Pantau Operasional Industri Furnitur
Seluruh pengunjung harus memperlihatkan hasil test swab negatif Covid-19, kemudian juga memindai QR Code melalui aplikasi PeduliLindungi
Penulis: Lita Febriani
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Kementerian Perindustrian terus memantau operasional industri di tengah pandemi Covid-19 guna memastikan tidak ada klaster penyebaran di industri.
Kali ini, Kemenperin secara langsung memantau operasional di perusahaan penghasil furnitur, yaitu PT Sumber Graha Sejahtera (SGS) yang beralamat di Jalan Raya Serang No KM 25, Balaraja, Kec. Balaraja, Tangerang, Banten pada Selasa (24/8/2021).
Saat awal memasuki area pabrik, seluruh pengunjung harus memperlihatkan hasil test swab negatif Covid-19, kemudian juga memindai QR Code melalui aplikasi PeduliLindungi.
Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika mengatakan PT SGS sudah tepat mengaplikasikan seluruh aturan operasional industri dari Pemerintah.
"Kalau kita lihat tadi dari awal masuk sudah mengaplikasikan aturan yang ditentukan oleh pemerintah, yaitu memakai aplikasi PeduliLindungi," tutur Putu saat kunjungan, Selasa (24/8/2021).
Baca juga: Dalam Rangka Penanganan Covid-19, Kementerian Keuangan Terus Berikan Berbagai Insentif Fiskal
Tak hanya itu, Putu menilai PT SGS juga sudah secara ketat menerapkan protokol kesehatan.
Terlebih dengan didukung area pabrik yang luas, pabrik dapat secara maksimal menerapkan aturan jaga jarak.
Selain itu, PT SGS juga dirasa tepat dalam mengimplementasikan Surat Edaran Menteri Perindustrian No 3 Tahun 2021 tentang Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri pada Masa Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Covid-19.
"Dalam pelaksanaan penerapan protokol kesehatan sudah cukup bagus. Karena pekerja di sini cukup banyak, sekitar 700 orang. Memang sudah diatur juga shift-nya, sehingga tidak terjadi kerumunan. Kalau implementasi SE Menperin No 3 tahun 2021, ini cukup bagus. Pertama kali memamg area pabrik ini luas dan tenaga kerja dibandingkan area cukup banyak ruang untuk menjaga jarak sehingga tidak berdekatan," jelasnya.
Penerapan Testing, Tracing dan Treatment atau 3T bagi karyawan yang positif Covid-19 juga telah dilakukan secara maksimal.
Baca juga: Toma Maritime: Industri Kapal Angkut Batu Bara Indonesia Perlu Jadi Perhatian
"Kemudian, managemen juga melakukan 3T cukup bagus. Kalau kita lihat, perusahaan ini 98,1 persen karyawannya sudah vaksin. Sementara yang pernah terinfeksi sekitar 20 orang dari sekitar 700 pekerja," imbuh Putu.
Kepala Divisi Operasional PT SGS Rudiyanto Tan, menyampaikan sejak memakai aplikasi PeduliLindungi dalam melaksanakan operasional pabrik, perusahaan semakin mudah melakukan pengawasan terhadap karyawan.
"Kita merasakan manfaat yang besar dari aplikasi PeduliLindungi ini, karena dapat menilai secara objektif bagaimana kondisi setiap orang yang masuk ke pabrik. Dulu kita mendata orang yang keluar masuk ke pabrik secara manual, sehingga sedikit sulit untuk melakukan 3T. Kalau sebelumnya masih manual, orang bisa berbohong. Tapi dengan aplikasi PeduliLindungi jadi lebih objektif. Kita lebih yakin," jelas Rudi.
Meski telah memudahkan 3T Covid, aplikasi PeduliLindungi juga dirasa perlu segera mendapat upgrade kembali, menyoal klarifikasi seseorang yang berasal dari zona merah.
"Saya rasa perlu ada perbaikan dari aplikasi ini, contohnya seseorang ini dari wilayah zona merah dan kita jadi harus memikirkan bagaimana caranya untuk mengklarifikasi apakah ini benar-benar merah atau tidak.
Tetapi secara umum kita merasa terbantu dengan aplikasi ini. Semoga tahun depan kita tidak pandemi lagi, tapi betul-betul menuju kondisi endemi. Dengan aplikasi seperti ini tentunya akan membantu kita untuk terus beroperasi dan terus bersaing dengan negara lain di pasar ekspor," ungkap Rudi.