ESDM: Cadangan Batubara Indonesia 38,84 Miliar Ton, Cukup 65 tahun
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, cadangan batubara Indonesia saat ini tercatat mencapai 38,84 miliar ton.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, cadangan batubara Indonesia saat ini tercatat mencapai 38,84 miliar ton.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM, Sujatmiko mengasumsikan, rata-rata produksi batubara sebesar 600 juta ton per tahun, maka umur cadangan batubara diperkirakan masih 65 tahun.
Baca juga: BI: Hilirisasi Batubara Bisa Bantu Turunkan Defisit Transaksi Berjalan
“Kalau dilihat dari data Badan Geologi pada tahun 2020, kita mempunyai paling tidak 143,7 miliar ton sumber daya, dan di antara itu ada 38,84 miliar ton cadangan batubara. Artinya, sekitar 39 miliar ton bisa kita usahakan,” ucap Sujatmiko dalam diskusi daring bertema Pemanfaatan Hilirisasi Batubara untuk Pemulihan Ekonomi, Rabu (1/9/2021).
“Kalau kita rata-rata setahun 600 juta ton produksinya, maka cadangan kita (batubara Indonesia) ini kurang lebih seumuran dengan angka harapan hidup manusia yakni 65 tahun sampai 70 tahun lah,” sambungnya.
Dalam paparan Sujatmiko, daratan Kalimantan memiliki cadangan terbesar di Indonesia, yakni sekitar 62,1 persen.
Baca juga: Generasi Ketiga Bakrie Kelola Emiten Tambang Bumi Resources
Persentase tersebut setara dengan 88,31 miliar ton (sumber daya) dan 25,84 miliar ton (cadangan).
Sementara itu, wilayah yang juga mempunyai potensi cadangan tinggi lainnya adalah Sumatera dengan 55,08 miliar ton (sumber daya) dan 12,96 miliar ton (cadangan).
Sejalan dengan melimpahnya cadangan batubara di Indonesia, Pemerintah kini mulai melakukan berbagai upaya untuk mengoptimalisasi pemanfaatan batubara untuk bahan baku energi dan industri melalui peningkatan nilai tambah pada komoditas tersebut.
Salah satu caranya adalah dengan melakukan hilirisasi industri batubara, yang dapat mensubstitusi bahan bakar (BBM dan BBG) dan bahan baku industri kimia.
Sehingga manfaat tersebut dapat mengurangi ketergantungan impor akan bahan bakar, hingga mewujudkan rantai industri yang baik bagi domestik.
“Manfaatnya paling tidak kita akan bisa mengurangi impor, dan meningkatkan ketahanan energi dalam negeri dan juga semakin banyak rantai industri yang bisa dikembangkan dari hilirisasi batubara ini,” pungkas Sujatmiko.