Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dihajar PPKM, Harga Telur Ayam di Daerah Anjlok, Peternak Minta Dimasukkan ke Paket Bansos

harga telur ayam anjlok akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 hingga 4 di sejumlah wilayah di Pulau Jawa dan Bali.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Dihajar PPKM, Harga Telur Ayam di Daerah Anjlok, Peternak Minta Dimasukkan ke Paket Bansos
Tribunnews/JEPRIMA
ILUSTRASI - Pedagang merapikan telur ayam di lapak jualannya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (12/7/2018). Tribunnews/Jeprima 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga telur ayam di sejumlah daerah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Di Gresik dan Blitar, Jawa Timur, harga telur sempat anjlok level Rp 14.000 per kilogram.

Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi membenarkan hal tersebut.

Menurutnya, harga telur ayam anjlok akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 hingga 4 di sejumlah wilayah di Pulau Jawa dan Bali.

Musbar menjelaskan, pembatasan mobilitas telah mengganggu penyerapan telur dari kalangan peternak menuju kota-kota besar seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Sehingga, stok telur ayam di wilayah-wilayah peternakan mengalami over stock.

Sebagai informasi, pangsa pasar para peternak telur di sejumlah daerah adalah industri di kota-kota besar yang bergerak di sektor hotel, restoran dan kafe (horeka).

Baca juga: Harga Telur Ayam Anjlok, Peternak di Gresik Pilih Bagikan 100 Kilogram Telur di Jalanan 

Berita Rekomendasi

Namun, industri horeka kini sedang mengalami penurunan signifikan akibat pukulan pandemi Covid-19.

“(Penyebabnya) serapan turun. Karena kita ini masih PPKM Level 3-4, untuk daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Karena produksi nasional itu sekitar 50 persen diserap di sana,” papar Musbar saat dihubungi Tribunnews, Selasa (7/9/2021).

Baca juga: Harga Telur di Sejumlah Daerah Sentuh Rp 14.000 per Kilogram, Ini Penjelasan Peternak

“Untuk saat ini yang banyak menyerap adalah konsumsi rumah tangga dan industri rumah tangga. Nah, itu kan serapannya tidak sebesar horeka. Ini menyebabkan serapan telur turun,” sambungnya.

Musbar mengharapkan, agar Pemerintah turut membantu kelangsungan bisnis para peternak telur.

Salah satu upaya yang diharapkan adalah, agar telur ayam bisa masuk ke dalam paket bantuan sosial (bansos) pandemi Covid-19 untuk masyarakat.

Maksud tujuan dari hal ini, untuk mengerek permintaan dan harga telur di pasaran.

“Upaya kita kepada pemerintah mengharapkan, supaya program bansos itu ada diberikannya paket telur 10 butir per keluarga,” ujar Musbar.

Sementara itu, dirinya juga mengeluhkan harga pakan ternak yang terus menjulang sejak awal tahun, yaitu saat ini berada di level Rp6.500 per kilogram.

Seharusnya, harga pakan ternak ini berada pada kisaran Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram.

Alangkah baiknya, menurut Musbar, Pemerintah melakukan impor bahan baku ternak agar harganya dapat kembali stabil.

“Bukan hanya harga telur turun, tapi harga pakan kita sekarang Rp6.500 per kilo, naik Rp2.000 dari 2019. Tapi harga jual (telur) tidak bisa menyesuaikan dengan naiknya harga pakan,” ucap Musbar.

“Tolong dong, kalau bisa diimporkan dari luar negeri atau bagaimana. Agar jagung ini kembali normal jadi Rp4.500 per kilo,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas