Risiko Gagal Bayar Bisa Picu Krisis Keuangan, Menkeu AS Kembali Dorong Kongres Naikkan Batas Utang
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali mengeluarkan permohonan baru kepada Kongres AS untuk menaikkan batas utang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali mengeluarkan permohonan baru kepada Kongres AS untuk menaikkan batas utang.
Hal tersebut ditekankan Janet Yellen mengingat gagal bayar atau default pada utang AS akan memicu krisis keuangan bersejarah.
Menurut Yellen, bahwa krisis yang dipicu oleh default akan menambah kerusakan dari pandemi virus corona yang berkelanjutan, mengguncang pasar dan menjerumuskan ekonomi AS ke dalam resesi dan kenaikan suku bunga yang berkelanjutan.
Baca juga: Berpotensi Gagal Bayar Utang, Menkeu AS Sebut Bencana Pasar Keuangan AS Semakin Dekat
“Kami akan keluar dari krisis ini sebagai negara yang lebih lemah secara permanen,” ucap Yellen seperti dikutip Reuters, Senin (20/9/2021).
Yellen tidak memberikan pilihan batas waktu baru untuk kemungkinan default.
Namun dirinya memberikan gambaran bahwa kerusakan ekonomi yang akan menimpa konsumen melalui biaya pinjaman yang lebih tinggi dan harga aset yang lebih rendah akibat default.
Baca juga: Berpotensi Gagal Bayar Utang, Menkeu AS Sebut Bencana Pasar Keuangan AS Semakin Dekat
Dia telah mengatakan sebelumnya bahwa default bisa datang sekitar Oktober ketika Kementerian Keuangan kehabisan cadangan kas dan kapasitas pinjaman yang luar biasa di bawah batas utang 28,4 triliun dolar AS.
"Kita dapat meminjam lebih murah daripada hampir semua negara lain, dan gagal bayar akan membahayakan posisi fiskal yang patut ditiru ini. Itu juga akan membuat Amerika menjadi tempat tinggal yang lebih mahal, karena biaya pinjaman yang lebih tinggi akan membebani konsumen," jelas Yellen.
"Pembayaran Mortgage, pinjaman mobil, tagihan kartu kredit, serta semua yang dibeli dengan kredit akan lebih mahal setelah gagal bayar,” sambungnya.
Sebagai informasi, Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat AS telah menolak untuk mendukung menaikkan atau menangguhkan 28,4 miliar dolar AS.
Senator AS, Bill Cassidy dari Louisiana mengatakan bahwa Demokrat ingin meningkatkan batas pinjaman untuk mendanai triliunan dolar dalam pengeluaran "Daftar keinginan Demokrat".
Merespon hal tersebut, Yellen berpendapat, pagu utang adalah berkaitan tentang membayar kewajiban pengeluaran masa lalu. Sehingga, menunggu terlalu lama untuk menaikkan pagu utang dapat menyebabkan kerusakan.
Hal tersebut dapat dicontohkan seperti krisis pagu utang 2011 yang mendorong pemerintah federal ke ambang default yang merubah peringkat kredit.
"Hal ini menyebabkan gangguan pasar keuangan yang berlangsung selama berbulan-bulan. Waktu adalah uang di sini, berpotensi miliaran dolar. Baik penundaan maupun default tidak dapat ditoleransi," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Janet Yellen telah memperingatkan Ketua DPR AS Nancy Pelosi terkait risiko gagal bayar utang negara itu yang dapat memiliki konsekuensi drastis bagi pasar keuangannya.
Ia pun mendesak kepemimpinan Partai Demokrat di parlemen untuk menaikkan batas plafon utang sesegera mungkin.
Dikutip dari laman CNBC, Rabu (15/9/2021), Yellen kembali mengulangi pernyataannya bahwa anggota parlemen memiliki waktu hingga Oktober mendatang, sebelum Kementerian Keuangan mengoptimalkan upayanya untuk mencegah apa yang disebut sebagai risiko gagal bayar utang dalam sejarah AS.
"Penundaan yang mempertanyakan kemampuan pemerintah federal untuk memenuhi semua kewajibannya, kemungkinan akan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada ekonomi AS dan pasar keuangan global," kata Yellen kepada Pelosi, dalam sebuah surat yang dibuat.
Yellen pun kembali menekankan bahwa DPR AS harus segera mengambil langkah untuk mengatasi hal ini.
"Kami telah belajar dari kebuntuan batas utang masa lalu, bahwa menunggu hingga menit terakhir untuk menunda atau meningkatkan batas utang dapat menyebabkan kerugian serius bagi bisnis dan kepercayaan konsumen, meningkatkan biaya pinjaman jangka pendek bagi pembayar pajak, dan berdampak negatif pada peringkat kredit AS," tegas Yellen.
Sebagian besar Ekonom juga menilai bahwa risiko gagal bayar utang AS dapat memicu penurunan ekonomi yang parah dan biaya pinjaman pun melonjak di seluruh sektor perekonomian Amerika.