Hancur oleh Pandemi, Bali Kini Cari Sumber Ekonomi Kreatif Lain di Luar Pariwisata
Bali kini belajar dari kasus Covid-19 yang hampir 2 tahun berlangsung pandemi ini telah menghancurleburkan industri pariwisata di daerahnya.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Provinsi Bali kini belajar dari kasus Covid-19 yang hampir 2 tahun berlangsung pandemi ini telah menghancurleburkan industri pariwisata di daerahnya.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati alias Tjok Ace mengatakan, Bali kii tengah menggali potensi di luar pariwisata. Misalnya di sektor pertanian, kerajinan, atau industri rumah tangga lain.
Tjok Ace menerangkan pentingnya pelaku pariwisata memanfaatkan digitalisasi dalam bertahan di tengah pandemi. Meski konsumen tidak hadir secara fisik di pulau Bali, perekonomian bisa tetap berjalan berkat kehadiran internet.
"Transaksi bisa berlangsung walau pembeli tidak ke Bali, dengan platform (digital) mereka bisa pilih produk yang diinginkan dengan harga yang bisa dijangkau," ujar Tjok Ace dalam pembukaan The 2nd Planet Tourism Indonesia 2021, “Beyond Recovery, Towards Sustainability”, Rabu (22/9).
Baca juga: Ketua DPR: ‘Balas Dendam’ Wisatawan Jangan Sampai Bablas Abaikan Prokes
Tjok Ace mencontohkan program Beli Bali yang merupakan kerja sama antara Provinsi Bali dan Jawa Barat telah memberikan hasil positif. Sedangkan, ucap Tjok Ace, pariwisata berkelanjutan perlu dikembangkan di Bali.
Baca juga: Menparekraf Sandiaga Isyaratkan Buka Pembatasan untuk Wisatawan Asing Awal Oktober
Yakni, dengan menjaga sumber daya manusia, alam serta memastikan kesejahteraan masyarakat Bali.
Baca juga: Rekomendasi Tempat Wisata Lembang ala Eropa, Cocok untuk Berburu Spot Foto Instagramable
"Pariwisata dan Bali itu ibarat dua sisi mata uang, tidak bisa dipisahkan. Pariwisata beri kontribusi besar pada PDRB Bali," ucap dia.
Menurutnya, keberlanjutan pariwisata tak bisa dilepaskan dari kesejahteraan orang Bali. Sebab, jika diabaikan menimbulkan krisis dan kecemburuan sosial. Hingga berdampak pada jaminan keberlanjutan pariwisata di Bali.