Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Profil Xu Jiayin Pendiri Evergrande, Raksasa Properti China yang Punya Utang Rp 4 Ribu Triliun

Perusahaan asal China yang bergerak pada bisnis pengembangan properti, yakni Evergrande, kini menjadi sorotan.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
zoom-in Profil Xu Jiayin Pendiri Evergrande, Raksasa Properti China yang Punya Utang Rp 4 Ribu Triliun
The Jakartapost
China Evergrande 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan asal China yang bergerak pada bisnis pengembangan properti, yakni Evergrande, kini menjadi sorotan.

Hal tersebut terjadi karena Evergrande dikabarkan terancam bangkrut, dan memiliki utang sekitar 300 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Jika dikonversi ke dalam Rupiah, angka tersebut setara dengan Rp 4.275 triliun (asumsi kurs Rp14.251 per dolar AS).

Baca juga: Gagal Bayar Utang AS Berpotensi Memicu Krisis Keuangan Bersejarah, Utang Lebih Rp 400 Ribu Triliun

Berbicara seputar Evergrande, tidak lepas juga berbicara seputar nama Xu Jiayin.

Dirinya merupakan Direktur sekaligus pendiri dari Evergrande.

Profi Xu Jiayin, Pendiri Evergrande

Berita Rekomendasi

Xu Jiayin merupakan pria kelahiran Zhoukou, China, pada 9 Oktober 1958.

Seperti dilansir Tribunnews dari The Economist, ketika pasar properti China mulai lepas landas pada awal 1990-an, dia meyakinkan beberapa rekan kerja untuk bergabung dengan usaha real estate.

Evergrande didirikan pada tahun 1996 di provinsi selatan Guangdong.

Baca juga: Risiko Gagal Bayar Bisa Picu Krisis Keuangan, Menkeu AS Kembali Dorong Kongres Naikkan Batas Utang

Dia dengan cepat membuat koneksi yang kuat yang membantu perusahaannya untuk tumbuh.

Permintaan rumah dari kelas menengah yang sedang berkembang menjadikan Evergrande China sebagai pengembang terbesar kedua berdasarkan penjualan.

Tetapi minat Xu lebih dari sekedar properti.

Dirinya tercatat juga membeli klub sepak bola besar China dan meluncurkan perusahaan kendaraan listrik dengan ambisi untuk menyalip Tesla.

Kemudian, Evergrande akhirnya mendorong ke layanan keuangan juga, dan menjadikan perusahaan yang semakin melebarkan sayap bisnisnya.

Xu Jiayin pada tahun 2017, ia menduduki puncak daftar kaya Forbes China dengan perkiraan kekayaan pribadi sebesar 42,5 miliar dolar AS.

Meskipun ini diperkirakan telah menyusut karena harga saham Evergrande runtuh.

Krisis Utang Raksasa Properti Evergrande, Apa Dampaknya bagi China, AS, hingga Eropa?

Krisis utang Evergrande China telah memberikan dampak ke berbagai saham dan bisnis sektor-sektor terkait.

Saham para pemasok bahan bangunan untuk proyek properti Evergrande telah turun hingga dua digit secara year to date (ytd), mengutip Bloomberg pada Minggu (26/9).

Kreditur, investor, dan pemasok dari perusahaan yang diperangi dan rekan-rekannya berada di urutan teratas kena dampak.

Baca juga: Bank Sentral China Suntik Dana Tunai, Evergrande Selamat dari Gagal Bayar?

Tak sampai di situ, industri Amerika Serikat (AS) juga diproyeksi menerima pukulan keras.

Sekitar 10 persen eksposur penjualan produsen industri AS ditujukan China seperti General Electric dan Caterpillar.

Ukuran Evergrande ditambah dengan pengawasan ketat Beijing terhadap sektor real estat akan terus memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengembang properti ke depannya.

Evergrande memiliki aset sekitar CNY 2 triliun atau setara 310 miliar dolar AS.

Baca juga: Masuk Masa Tenggang, Raksasa Properti China Evergrande Terancam Default Jika Tak Bayar Utang

Nilai itu berkontribusi 2 persen dari produk domestik bruto China, menurut perhitungan Goldman Sachs Group Inc.

Sehingga apapun langkah yang diambil perusahaan itu dapat mengganggu pasar.

Citigroup Inc menyebut terlepas dari apa yang terjadi pada Evergrande, harga rumah China sekarang berisiko mengalami penurunan yang berarti.

Bahkan. Indeks Properti Hang Seng turun ke level terendah dalam lima tahun awal bulan ini.

Indeks 12 anggota termasuk Country Garden Holdings Co., yang kehilangan 25 persen sejak akhir Maret, dan China Overseas Land & Investment Ltd., yang turun 16 persen.

Lebih jauh, saham perusahaan yang telah meminjamkan uang atau berinvestasi di perusahaan real estat China akan tetap bergejolak.

Lantaran investor akan mempertimbangkan potensi lonjakan kredit macet dan penurunan aset.

“Sementara pembuat kebijakan diharapkan untuk memberikan dukungan, beberapa bank mungkin menjadi korban. China Minsheng, Ping An Bank dan China Everbright memiliki risiko tertinggi bagi pengembang,” tulis analis Citigroup termasuk Judy Zhang dalam sebuah catatan pada hari Rabu.

Analisis Citi melihat risiko kredit paling tinggi akan dirasakan oleh China Minsheng Banking Corp, Ping An Bank Co, dan China Everbright Bank Co.

Ia melihat Bank of Nanjing Co, Chongqing Rural Commercial Bank Co. dan Postal Savings Bank of China Co masuk ke daftar yang kurang rentan.

Baca juga: Gagal Bayar Utang AS Berpotensi Memicu Krisis Keuangan Bersejarah, Utang Lebih Rp 400 Ribu Triliun

Sedangkan, perusahaan asuransi China telah mempertimbangkan kekhawatiran tentang potensi kerugian penurunan nilai.

“Dalam skenario kasus terburuk, Grup PICC akan paling terpukul di antara perusahaan asuransi yang terdaftar. Lalu diikuti oleh Ping An Insurance Group Co,” kata Michelle Ma Citi dalam sebuah catatan pada hari Kamis.

Nilai saham unit Evergrande seperti Evergrande Property Services Group Ltd telah berkurang separuhnya tahun ini.

Lalu China Evergrande New Energy Vehicle Group Ltd nilai sahamnya juga turun lebih dari 90 persen.

Tak sampai di situ, setiap restrukturisasi yang membebani China sebagai ekonomi terbesar kedua dunia akan memberikan dampak melalui saham yang paling sensitif secara ekonomi dan global di Amerika.

Perusahaan industri, yang sering dilihat sebagai penentu arah kesehatan ekonomi AS, mungkin akan menerima pukulan paling keras.

Analis JPMorgan Chase & Co Stephen Tusa memproyeksi, produsen industri AS memiliki sekitar 10 persen eksposur penjualan ke China. Terdapat beberapa saham bakal terdampak yakni General Electric Co, Otis Worldwide Corp, dan Honeywell International Inc. Juga pembuat peralatan dan konstruksi berat Caterpillar Inc.

Di Eropa, krisis Evergrande bergema di seluruh stok bahan dasar. Data yang dikumpulkan oleh Bloomberg menunjukkan China menyumbang 62 persen dari pendapatan di BHP Group Plc.

Lalu sebanyak 58 persen di Rio Tinto Plc, dan hampir setengahnya di Anglo American Plc dan Glencore Plc.

Sebenarnya, kekhawatiran bahwa keruntuhan Evergrande dapat memicu penularan keuangan dan mengekang pertumbuhan ekonomi China mengguncang pasar global pada hari Senin pekan lalu.

Kekhawatiran itu berkurang setelah raksasa pengembang ini setuju untuk menyelesaikan beberapa pembayaran bunga wesel lokal.

Namun krisis utang ini masih jauh dari selesai lantaran pemegang obligasi dolar belum menerima kupon jatuh tempo hingga saat ini.

artikel ini sudah tayang di KONTAN, dengan judul: Bagini dampak krisis utang Evergrande bagi China, AS, hingga Eropa

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas