Merck Segera Ajukan Aplikasi ke Kemenkes Jepang Jual Obat Molnupiravir, Antisipasi Corona
MSD anak perusahaan Merck & Co., Inc.,di Jepang segera ajukan aplikasi ke kementerian kesehatan Jepang untuk bisa menjual obat-obatan oral untuk pasi
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - MSD anak perusahaan Merck & Co., Inc.,di Jepang segera ajukan aplikasi ke kementerian kesehatan Jepang untuk bisa menjual obat-obatan oral untuk pasien yang sakit ringan dengan virus corona baru.
Obat Molnupiravir diperkirakan tahun ini sudah bisa menyebar di masyarakat Jepang.
Merck mengumumkan pada tanggal 1 Oktober bahwa itu efektif dalam mengurangi separuh risiko rawat inap dan kematian pasien dalam uji coba tahap akhir "molnupiravir", obat untuk pasien yang sakit ringan yang menekan pertumbuhan virus corona baru.
Obat antivirus eksperimental yang aktif secara oral dan dikembangkan untuk pengobatan influenza.
Ini adalah produk dari turunan nukleosida sintetis N4-hydroxycytidine, dan menggunakan tindakan antivirusnya melalui pengenalan kesalahan penyalinan selama replikasi RNA virus.
Molnupiravir (kode pengembangan MK-4482 dan EIDD-2801) adalah obat antivirus eksperimental yang aktif secara oral dan dikembangkan untuk pengobatan influenza.
Obat dari turunan nukleosida sintetis N4-hydroxycytidine, dan memberikan tindakan antivirusnya melalui pengenalan kesalahan penyalinan selama replikasi RNA virus.
Obat ini dikembangkan di Emory University oleh perusahaan inovasi obat universitas, Drug Innovation Ventures at Emory (DRIVE).
Kemudian diakuisisi oleh perusahaan yang berbasis di Miami, Ridgeback Biotherapeutics, yang kemudian bermitra dengan Merck & Co. untuk mengembangkan obat lebih lanjut.
Kyle Tattle, President MSD dan Hiromitsu Shirasawa, Wakil Presiden Senior mengungkapkan bahwa mereka sedang dalam pembicaraan dengan otoritas peninjau untuk mengajukan persetujuan di Jepang.
Selain itu, Presiden Tattle mengatakan, "Jika persetujuan diperoleh, kami akan membuat kontrak dengan pemerintah dan melakukan penyesuaian sehingga jumlah obat yang dibutuhkan dapat segera dipasok."
Semua pengobatan corona baru yang disetujui di Jepang untuk pasien sakit ringan adalah infus dan memerlukan penanganan oleh dokter, sehingga diharapkan dapat dikembangkan obat yang bisa diminum di rumah di mana pun.
Wakil Presiden Shirasawa mengatakan, "Kami akan memperluas sistem manufaktur tahun depan dan memasok dosis bagi 20 juta orang. Saya ingin meningkatkan sistem pasokan sehingga siapa pun dapat meresepkannya di klinik terdekat jika mereka mengetahuinya," ungkapnya kepada NHK kemarin (6/10/2021).