BASF Minat Inves di Pabrik Bahan Baku Baterai Mobil Llistrik di Indonesia
BASF ingin berinvestasi di bidang industri smelter/pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter Kontan, Bidara Pink
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan kimia Jerman Badische Anilin und Soda Fabrik (BASF) menyatakan minatnya berinvestasi di pengadaan bahan baku baterai mobil listrik di Indonesia.
BASF ingin berinvestasi di bidang industri smelter/pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt yang menghasilkan produk bahan baku baterai kendaraan listrik.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang sedang berkunjung ke Jerman mengaku sudah melakukan pertemuan langsung dengan BASF untuk menindaklanjuti minat investasi tersebut.
“Kami akan dukung penuh rencana investasi BASF ini. Terkait perizinan dan insentif investasi, kami yang akan urus. Kita akan kawal terus sampai beres,” jelas Bahlil dalam keterangannya, seperti dikutip Minggu (10/10/2021).
Untuk rencana investasinya di Indonesia, BASF akan bekerja sama dengan Eramet, perusahaan pertambangan asal Perancis, akan melakukan kerja sama investasi kompleks pengolahan nikel-kobalt untuk keperluan pengembangan kendaraan listrik.
Baca juga: Tiga Mobil Listrik dari BMW Group Bakal Ramaikan Pasar Otomotif Indonesia Tahun Depan
Proyek tersebut mencakup pembangunan pabrik High-Pressure Acid Leaching (HPAL) dan Base Metal Refinery (BMR).
Anggota Board of Executive Director BASF Markus Kamieth pun menyambut baik kedatangan Bahlil. Bahkan, ia mengapresiasi komitmen Kementerian Investasi untuk memfasilitasi rencana investasi BASF di Indonesia ini.
Baca juga: Perusahaan Bus Listrik Moeldoko Gandeng Perusahaan Jerman, Bangun SPKLU Ultra Fast Charging
Namun, Markus berharap, Kementerian Investasi mampu mendorong kawasan industri independen dalam penyediaan listrik secara proporsional yang berasal dari energi terbarukan.
Pembangunan HPAL tersebut rencananya berlokasi di Halmahera Tengah, Maluku Utara dengan kapasitas produksi sekitar 42.000 metrik ton nikel/tahun dan sekitar 5.000 metrik ton kobalt/tahun.
Baca juga: Jepang Bisa Kalah dari Korea Selatan Terkait Investasi Kendaraan Listrik di Indonesia
Dalam hal ini pun, Bahlil sekalian meminta agar investasi BASF tidak hanya berhenti pada industri pemurnian nikel, namun hingga produk akhir berupa komponen baterai listrik.
Bila nantinya BASF masuk ke Indonesia, berarti ini menambah daftar realisasi investasi asal negara Jerman.
Berdasarkan catatan Kementerian Investasi, realisasi investasi asal negara Jerman secara akumulatif dari tahun 2016 hingga kuartal II-2021 mencapai US$ 1,14 miliar atau menempati posisi ke-16 di antara asal negara investasi lainnya.
Total proyek dari realisasi investasi Jerman di Indonesia ini sebanyak 3.015 dan telah menyerap tenaga kerja hingga 35,49 ribu orang.
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul BASF tertarik membangun pabrik bahan baku mobil listrik di Indonesia