Transaksi Perbankan Bergeser ke Non Tunai, BCA Ungkap Tarik Tunai di ATM Masih Tinggi
Kendati begitu, Utama PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melihat kebutuhan akan transaksi tunai masih tetap besar.
Editor: Hendra Gunawan
Kebutuhan untuk transaksi besar tersebut saat ini masih belum bisa diadopsi pada pembayaran digital.
Baca juga: Cara Isi Token Listrik PLN di ATM Bank Mandiri, BCA, BNI, Bank Bukopin, Bank NISP, dan BRI
Bahkan transaksi lewat ATM juga ada batasannya karena ada prinsip kehatian-hatian yang harus diterapkan perbankan misalnya mencegah money loundry.
Kedua, banyak transaksi yang harus dilakukan melalui kantor cabang.
Misalnya, nasabah yang secara historis selalu melakukan transaksi trandisional tidak akan bisa untuk dipaksa pindah ke digital.
Apalagi banyak yang masih menyukai transaksi dengan giro.
Ada giro mundur yang bisa dipindahtangankan dan itu pastinya masih membutuhkan proses offline.
"Selain giro, ada juga transaksi-transaksi lain seperti uang tunai valas, transaksi safe deposit box dan lain-lain yang harus membutuhkan datang ke cabang," kata Jahja.
Ketiga, tidak semua kredit bisa dilakukan lewat digital. Jahja menjelaskan, ada banyak jenis-jenis kredit saat ini ada KPR, KKB, kredit komersial, SME dan korporasi.
Layanan digital tidak bisa melayani semua jenis kredit tetapi relatif hanya untuk kredit konsumer dan mikro saja untuk saat ini.
"Kalau memberikan kredit secara individu masih bisa kita analisis lewat mesin learning terkait habit atau karakteristik oarang-orang itu. Tetapi kalau sudah perusahaan, tidak bisa begitu.
Bank harus kenal siapa pemilik perusahaannya, apa bisnisnya dan lain-lain. Jadi saat itu masih belum bisa mengadopsi digital," tutur Jahja.
Dari alasan tersebut, BCA melihat peran kantor cabang masih sangat diperlukan di tengah era digitalisasi ini.
Oleh karena itu, Jahja menilai, bank-bank konvensional harus melakukan evaluasi diri sendiri.
Jika memang tingkat kunjungan nasabah ke kantor cabang sudah berkurang maka bisa mengurangi jaringan kantornya.