Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Singapura Krisis Energi, Diduga Gara-gara Indonesia, Ini penyebabnya

Hal itu karena pasokan gas alam dari Indonesia ke Singapura melalui pipa West Natuna mengalami gangguan sejak Juli 2021.

Editor: Sanusi
zoom-in Singapura Krisis Energi, Diduga Gara-gara Indonesia, Ini penyebabnya
Shutterstock
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah negara saat ini tengah mengalami krisis energi. Singapura merupakan salah satunya.

Rupanya, krisis energi yang terjadi di Negeri Merlion itu tak lepas dari keterkaitan dengan Indonesia.

Hal itu karena pasokan gas alam dari Indonesia ke Singapura melalui pipa West Natuna mengalami gangguan sejak Juli 2021.

Baca juga: Krisis Energi Singapura Semakin Genting, Tiga Pengecer Listrik Gulung Tikar, Otoritas Bertindak

Mengutip Channel News Asia (CNA), Kamis (21/10/2021), regulator energi Singapura, Energy Market Authority (EMA) menyatakan, pasokan gas yang lebih rendah dari Indonesia dan dibarengi tingginya permintaan listrik dari biasanya, telah membuat harga listrik di negara itu melonjak.

Singapura merupakan negara yang bergantung pada gas untuk pembangkit listrik. Negara ini pun hampir memenuhi semua kebutuhan energinya dengan impor.

"Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni permintaan listrik yang lebih tinggi dari biasanya di dalam negeri dan pengurangan pasokan gas alam perpipaan dari Indonesia," ungkap EMA.

Baca juga: Uni Eropa Peringatkan Kelangkaan Bahan Bakar Karena Krisis Harga Energi

Di sisi lain, harga gas alam cair (LNG) di global yang meningkat pesat saat ini, turut menjadi penyebab krisis energi.

Berita Rekomendasi

Hal itu membuat perusahaan pembangkit listrik di Singapura sulit beralih ke pembelian LNG untuk menutupi kekurangan pasokan gas pipa dari Indonesia.

Tingginya harga gas yang berimbas pada lonjakan harga listrik di Singapura, setidaknya telah membuat tiga perusahaan listrik menyetop usaha mereka. Ketiganya yakni Best Electricity Supply, Ohm Energy, dan iSwitch Energy.

Sementara, salah satu perusahaan energi listrik lainnya, Union Power menyatakan, pada awal pekan bahwa mereka mengurangi 850 akun pelanggan terutama komersial di tengah tarif listrik yang tinggi. Langkah ini diambil sebagai bagian dari reorganisasi bisnis.

Sementara itu, pihak SKK Migas mengkonfirmasi adanya gangguan distribusi gas dari Indonesia ke Singapura sejak Juli 2021. Namun, kini dipastikan distribusi sudah kembali normal.

Baca juga: Dihantam Krisis Listrik, Ekonomi China Kuartal III Tumbuh di Level Terendah dalam Setahun

"Memang terjadi unplanned shutdown di salah satu produsen gas kita, tetapi hanya beberapa hari saja dan sekarang sudah kembali normal operation," ujar Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno kepada Kompas.com.

Kondisi ini disebabkan penurunan laju produksi gas akibat penghentian yang tidak direncanakan (unplanned shutdown) di Lapangan Anoa.

Selain itu, sempat ada pengurangan pasokan gas karena pemeliharaan terencana (planned shutdown) di Lapangan Gajah Baru. Produksi kedua lapangan migas yang terletak di Natuna itu telah menyebabkan produksi gas di Natuna turun 27,5 persen dari puncak sebelumnya menjadi 370 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd).

Kendati distribusi ke Singapura sudah kembali normal, tetapi pasokan gas dari Indonesia belum sepenuhnya bisa memenuhi permintaan Singapura.

"Sekarang sudah normal tetapi masih di batas bawah, jadi kalau ada demand (permintaan) lebih ke buyer (pihak pembeli) belum bisa terpenuhi," kata Julius.

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas