Analis: Dana Segar Jelang IPO Menguntungkan Bagi GoTo Group
Valuasi bisnis GoTo Group mencapai 30 miliar dolar AS sebelum proses Initial Public Offering (IPO) awal tahun depan.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Valuasi bisnis GoTo Group mencapai 30 miliar dolar AS sebelum proses Initial Public Offering (IPO) awal tahun depan.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan, dana segar ini menguntungkan bagi GoTo dalam melakukan proses IPO.
Nilai investasi Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) diketahui senilai 400 juta dolar AS atau lebih dari Rp 5,7 triliun (Kurs Rp 14.300/USD).
"Masuknya investor sebelum IPO akan berdampak positif terhadap valuasi GoTo. Apalagi jika dana hasil pre-IPO semakin besar, tentu akan sangat menguntungkan GoTo dalam proses IPO nanti," jelas Alfred di Jakarta, Senin (25/10/2021).
Dalam penggalangan dana pra-IPO, GoTo dikabarkan membidik jumlah investasi 1,5 miliar -2 miliar dolar AS.
Masuknya dana segar sebelum IPO ini akan menjadikan GoTo sebagai salah satu calon emiten dengan rising fund terbesar di pasar modal Indonesia.
Menurut Alfred keberhasilan pra-IPO GoTo akan menjadi momentum positif bagi ekosistem digital terbesar di Indonesia ini untuk sukses di pasar modal.
Baca juga: Valuasi GoTo Tembus 30 Miliar Dolar AS Usai Disuntik Investor Abu Dhabi
Selain valuasi yang terus meningkat, secara fundamental, model bisnis yang dibangun oleh GoTo juga semakin solid.
Dengan ekosistem yang menaungi lebih dari belasan juta pelaku usaha, transaksi bisnis yang terjadi di GoTo akan semakin besar.
"Saat Gojek dan Tokopedia membentuk GoTo Group, secara bisnis valuasinya juga langsung naik tajam, saat itu sekitar 18 miliar dolar AS. Dengan berkembangnya bisnis dan masuknya dana pra-IPO tadi, tentunya nilai bisnis GoTo akan semakin tinggi," lanjutnya.
Baca juga: GoTo Integrasikan PeduliLindungi di Aplikasi Gojek dan Tokopedia
Alfred mengatakan, keputusan investor baru seperti ADIA untuk masuk ke GoTo menandakan bahwa perusahaan ini memiliki potensi bisnis dan investasi yang besar di masa depan.
Itu sebabnya ia menilai para investor yang lebih dulu masuk ke GoTo akan mendapatkan keuntungan yang semakin besar.
"Dengan naiknya valuasi otomatis potensi keuntungan yang akan diraih investor akan semakin tinggi. Dengan model bisnis GoTo yang semakin solid, tentunya valuasinya juga akan terus mengikuti,” ucap Alfred.
“Ini menjadi keuntungan bagi para investor-investor di awal. Termasuk yang hanya masuk Gojek tapi mendapat saham di GoTo," lanjutnya.
Valuasi GoTo Tembus 30 Miliar Dolar AS
Valuasi bisnis unicorn Indonesia GoTo saat ini mencapai 30 miliar dolar AS setelah masuknya Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dalam penggalangan dana sebelum proses initial public offering (IPO).
ADIA menanamkan modal senilai 400 juta dolar AS.
Ekonom dan Ahli Keuangan Universitas Prasetiya Mulya Agus Salim mengatakan, suntikan investasi ADIA melalui pra IPO-nya GoTo menjadi salah satu tolok ukur keyakinan investor terhadap rencana IPO GoTo.
“Ini menunjukkan adanya confidence investor atas valuasi dan rencana IPO GoTo, sehingga mereka berani untuk menyuntikan investasinya. Yang kedua, keyakinan bahwa IPO itu akan sukses,” katanya dalam siaran pers, Senin (25/10/2021).
Melalui penggalangan dana pra-IPO, GoTo dikabarkan membidik jumlah investasi sekitar 1,5 miliar-2 miliar dolar AS.
Dengan dana sebesar itu, GoTo bakal memiliki likuiditas jumbo pasca-IPO yang rencananya dilakukan pada awal tahun depan.
Baca juga: GoTo Ajak UMKM Tampil Lebih Dominan di Pasar Lokal
Menurut Agus, keberhasilan pra-IPO GoTo akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan teknologi itu di pasar modal.
Pasalnya, GoTo sebagai ekosistem digital memiliki model bisnis yang berbeda dibandingkan emiten yang sudah ada.
“Secara umum kalau dilihat dari sisi ekonomi IPO GoTo akan menguntungkan. Akan banyak investor yang berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi dengan model bisnis yang kuat seperti GoTo. Yang terpenting dengan GoTo menjadi perusahaan publik hal itu akan menjadikan perusahaan lebih transparan dan proses bisnisnya semakin baik,” tuturnya.
CEO GoTo Group Andre Soelistyo bangga menyambut ADIA sebagai investor terbaru di perusahaan dan yang pertama dalam penggalangan dana pra-IPO.
"Kami menyiapkan bisnis untuk pertumbuhan eksponensial untuk tahun-tahun mendatang. Dukungan dengan skala seperti ini menegaskan keyakinan kami bahwa Indonesia dan Asia Tenggara akan menjadi tujuan besar selanjutnya untuk investasi teknologi,” kata Andre.
Valuasi GoTo saat ini merupakan lompatan besar mengingat saat melakukan kolaborasi bisnis Mei lalu, valuasi Gojek dan Tokopedia baru sekitar 18 miliar dolar AS.
Masuknya sovereign wealth fund sekelas ADIA akan sangat strategis bagi IPO GoTo.
Keberhasilan GoTo menarik investasi ADIA terjadi kompetitornya seperti Grab, perusahaan asal Malaysia, masih kesulitan melakukan IPO.
Sementara itu kinerja saham Bukalapak juga terus mengalami koreksi dan sudah berada dibawah harga IPO.
Baca juga: Valuasi GoTo Tembus 30 Miliar Dolar AS Usai Disuntik Investor Abu Dhabi
Disuntik Jelang IPO
GoTo Group mendapat suntikan dana dari Abu Dhabi senilai 400 juta dollar AS atau setara dengan Rp 5,7 triliun menjelang go public atau initial public offering (IPO).
Suntikan dana didapat usai platform tersebut menandatangani perjanjian dengan anak usaha Abi Dhabi Investment Authority (ADIA). Hal ini menjadikan ADIA memimpin penggalangan dana pra-IPO Go To.
Transaksi tersebut juga menjadi investasi pertama oleh Departemen Private Equities ADIA ke dalam perusahaan teknologi Asia Tenggara, sekaligus menjadi investasi terbesarnya di Indonesia.
"Kami menyambut ADIA sebagai investor terbaru di perusahaan dan uang pertama dalam penggalangan dana pra-IPO, selagi kami menyiapkan bisnis untuk pertumbuhan eksponensial untuk tahun-tahun mendatang," kata CEO GoTo Group, Andre Soelistyo dalam siaran pers, Jumat (22/10/2021).
Dengan penyuntikan itu, ADIA akan menjadi investor terbaru uang masuk ke dalam daftar investor global di GoTo, menyusul Alibaba Group, Astra International, Facebook, Global Digital Niaga (GDN), Google, KKR, Paypal, Sequoia Capital India, Sofbank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, dan Warburg Pincus.
Baca juga: GoTo Integrasikan PeduliLindungi di Aplikasi Gojek dan Tokopedia
"Sangat menyenangkan bagi kami untuk melihat ADIA dan investor global lainnya yang telah menjadi bagian dari gerakan GoTo," beber Andre.
Direktur Eksekutif Departemen Private Equities ADIA, Hamad Shahwan Al Dhaheri menyebut, investasi di GoTo sejalan dengan berbagai tema investasi utama, termasuk pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara.
Dia mengakui, melihat potensi yang kuat di wilayah ini terutama di Indonesia.
“Kami telah mengikuti dengan cermat berbagai pekerjaan yang telah dilakukan oleh Gojek dan Tokopedia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi di kawasan ini, bahkan sebelum mereka bersatu," kata Hamad.
Sebagai informasi, entitas gabungan Gojek dan Tokopedia ini telah menghasilkan 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020 dengan nilai transaksi bruto (GTV) sebesar lebih dari 22 miliar dollar AS.