Saham BUMN Banyak Diburu Investor Asing, Berikut Saham yang Masuk Kategori Blue Chip
Secara umum, Nico bilang untuk saham-saham indeks LQ45 yang masih turun beberapa di antaranya masih menarik.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Saham-saham sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) pada kuartal IV 2021 diperkirakan moncer.
Alasannya, banyak investor asing yang memburu saham perusahaan pelat merah tersebut.
Selain itu, valuasinya juga banyak yang murah.
Sebagai contohnya dalam seminggu yang lalu saham BBRI, BMRI, TLKM, PTBA dan PGAS menjadi saham dengan total net buy investor asing terbesar.
Seperti dikutip Kontan.co.id, memasuki kuartal keempat, harga saham-saham BUMN juga cenderung menguat. Meski demikian, kalau dilihat sejak awal tahun, masih banyak saham BUMN yang terkoreksi.
Sementara itu, sebagian besar saham blue chip mencatatkan kenaikan harga pada tahun ini.
Baca juga: IHSG Sore Ini Ditutup Menguat, Inilah 10 Saham dengan Net Buy Tertinggi oleh Investor Asing
Simak rekomendasi saham blue chip yang masih bagus untuk dikoleksi.
Saham blue chip adalah jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima, serta beroperasi selama bertahun lamanya.
Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45.
LQ45 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Indeks LQ45 menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Baca juga: Pagi Ini IHSG Dibuka Melemah, Asing Bukukan Net Buy
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, laju indeks LQ45 sejak awal tahun tercatat naik 3,84%. Lebih jauh, sebanyak 22 saham mengalami kenaikan harga, lalu sebanyak 21 saham masih mengalami penurunan harga, dan 1 saham bergerak stagnan.
Menilik data Bloomberg, jika diurutkan dari sub sektornya pertumbuhan harga saham dipimpin sub sektor minyak, gas, dan batubara seperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Lalu, sub sektor telekomunikasi yang berisikan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Selanjutnya berasal dari sektor barang baku yang berisikan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Timah Tbk (TINS). Kemudian, sub sektor bank dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).