Jelang COP26, Para Pemimpin Indonesia Tegaskan Komitmen Kendalikan Perubahan Iklim
Sejumlah pemimpin Indonesia menyatakan komitmennya dalam pengendalian perubahan Iklim menjelang perhelatan COP26
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah pemimpin Indonesia menyatakan komitmennya dalam pengendalian perubahan Iklim menjelang perhelatan Glasgow Climate Change Conference (COP26) pada November 2021.
"Di Glasgow kita akan mempertergas komitmen dan ambisi kita dalam mengendalikan perubahan iklim dengan menahan kenaikan suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius. Komitmen itu ketegasan antara komitmen dan implementasi. Arahan Bapak Presiden yang dijanjikan itu yang realistis yang bisa dikerjakan atau ada justifikasi kita bisa melakukan nya," tutur Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, pada acara Climate Leaders Massage, Kamis (28/10/2021) di Jakarta.
Baca juga: Apakah Negara-negara Asia Tenggara Memenuhi Komitmen Iklimnya?
Menteri Siti pun mengungkapkan jika dalam periode 6-7 tahun terakhir telah banyak hasil kerja Pemerintah dan Kementerian LHK yang dipimpinnya dalam kaitannya upaya mengendalikan perubahan iklim. Kerjasama yang baik dari para pihak mulai dari Pemerintah, Masyarakat, Dunia Usaha, Akademisi, Aktivis dan Media menjadi faktor penentu berbagai kesuksesan kerja-keeja besar mengurangi emisi gas rumah kaca di Indonesia.
"Kita akan memberikan kepada dunia berupa contoh-contoh kerja nyata pengendalian perubahan iklim," imbuhnya.
Siti mengatakan, kepemimpinan Indonesia dalam aksi-aksi pengendalian perubahan iklim diakui oleh masyarakat internasional. Indonesia dianggap negara yang penting di dunia dengan segala pencapaiannya dan isu perubahan iklim. Indonesia sudah menunjukkan kepemimpinan dengan contoh/leading by examples yang cukup baik, bahkan salah satu yang terbaik di dunia.
Baca juga: John Kerry Puji Indonesia, Antisipatif Pada Perubahan Iklim, Pembabatan Hutan Menurun
Kombinasi yang efektif antara kebijakan, pemberdayaan, dan penegakan hukum di Indonesia telah berhasil menurunkan laju deforestasi Indonesia ke tingkat terendah sepanjang sejarah.
Pada isu manajemen karhutla, kata Siti, Indonesia berhasil mengurangi kebakaran hutan dan lahan hingga 82 persen di saat beberapa wilayah di Amerika, Australia dan Eropa mengalami peningkatan signifikan kejadian karhutla.
Indonesia juga berhasil menghindari apa yang disebut bencana ganda, yaitu kebakaran hutan yang menyebabkan asap terjadi secara paralel dengan wabah COVID-19, selama dua tahun pandemi (2020-2021).
Indonesia juga gencar melindungi ekosistem pesisir seperti hutan mangrove, lamun dan terumbu karang juga lahan gambut, yang secara ilmiah terbukti mempunyai kemampuan berkali lipat dalam menyerap dan menyimpan karbon dibandingkan hutan tropis di daratan. Untuk itu Indonesia pun telah mengumumkan prakarsa untuk memulihkan 600 ribu hektar hutan mangrove yang rusak selama tiga tahun ke depan hingga 2024.
Besarnya kontribusi sektor kehutanan dan lahan pada 6-7 tahun terakhir dalam penurunan emisi karbon ini, menjadi dasar agenda Forest and Land Use (FoLU) Netsink pada tahun 2030 yang diusung Indonesia sebagai ambisi besar yang terukur pada Glasgow Climate Change Conference (COP26) nanti.
60 persen emisi Indonesia diketahui berasal dari sektor FoLU, untuk itu Indonesia mentargetkan FoLU netsink 2030, yang berarti di tahun 2030 nanti serapan emisi karbon di sektor kehutanan dan lahan sudah berimbang atau bahkan lebih tinggi dari pada tingkat emisinya.
Baca juga: Mengenal Iklim di Indonesia, Jenis-jenisnya, dan Fenomena Alam yang Mempengaruhi Perubahan Iklim
"Selama 6-7 tahun dengan kerja keras yang telah dikerjakan bersama, maka target FoLU netsink karbon optimis bisa kita capai di 2030," tegasnya.
Menteri Siti pun mengapresiasi inisiatif-inisiatif yang keluar dari masyarakat untuk ikut serta secara aktif dalam upaya pengendalian perubahan iklim melalui kegiatan-kegiatan sederhana sehari-hari. Inisiatif masyarakat ini dikatakannya merupakan modal sosial yang penting dan menjadi modal bangsa Indonesia untuk sukses melakukan pembangunan ramah lingkungan dan juga mematangkan iklim demokrasi di Indonesia.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebutkan jika sektor energi Indonesia akan ikut berkontribusi dalam upaya pengendalian perubahan iklim utamanya dari penurunan emisi gas buang dari industri dan transportasi.