Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kisah Pengemudi Ojek Online Hingga Korban PHK Mencari Pemasukan Lewat Aset Kripto

Aset kripto kini semakin diminati oleh masyarakat Indonesia, dimana terefleksikan dengan jumlah pengguna aset kripo Tanah Air yang terus bertambah

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Kisah Pengemudi Ojek Online Hingga Korban PHK Mencari Pemasukan Lewat Aset Kripto
ist
Ilustrasi Aset Kripto. Kisah Pengemudi Ojek Online Hingga Korban PHK Mencari Pemasukan Lewat Aset Kripto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mulai dari pengemudi ojek online, mahasiswi hingga korban pemutusan hubungan kerja (PHK) kini memanfaatkan aset kripto untuk mendapatkan pemasukan tambahan.

Aset kripto kini semakin diminati oleh masyarakat Indonesia, dimana terefleksikan dengan jumlah pengguna aset kripo Tanah Air yang terus bertambah.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan, jumlah pengguna kripto di Indonesia hingga Juli 2021 sudah mencapai 7,4 juta orang.

Angka tersebut tumbuh dua kali lipat dalam setahun dengan nilai transaksi yang juga meningkat secara signifikan.

Rifandi, seorang dpengemudi ojek online asal Medan merupakan salah satu contoh masyarakat yang baru berkecimpung di aset kripto.

Layaknya pengemudi ojek online lain, ia mengaku pendapatannya tergerus selama pandemi Covid-19 akibat adanya aturan pembatasan aktivitas.

Baca juga: Kian Meningkat, Pengguna Aset Kripto Mencapai 7,4 Juta Orang

Oleh karenanya, Ia memberanikan diri untuk mempelajari dan bertransaksi aset kripto guna menambah pendapatannya.

Berita Rekomendasi

“Alasan trading ingin mengubah kehidupan jadi lebih baik aja gitu. Saya kan ojol. Ada tips dari customer yang ngasih Rp 1.000, Rp 2.000 saya kumpulin itu terus deposit. Ya lumayanlah tiap bulan nambah terus," kata Rifandi dalam keterangan tertulis Indodax, Jumat (29/10/2021).

Beralih ke Yogyakarta, pengalaman baru jual-beli aset kripto juga dirasakan oleh Fajar Kurniawan, seorang mantan sekuriti di sebuah pusat perbelanjaan.

Fajar bercerita, dirinya mulai mempelajari aset kripto semenjak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ilustrasi bitcoin, aset kripto, Cryptocurrency Ethereum.
Ilustrasi bitcoin, aset kripto, Cryptocurrency Ethereum. (PEXELS/WORLDSPECTRUM/Kompas.com)

"Saya baca-baca di internet dan menemukan salah satu website yang menjelaskan tentang investasi aset digital yaitu website Indodax. Setelah itu saya mulai tertarik dan langsung mempelajarinya. Sejak saat itu saya mulai terjun ke dunia trading,” tutur dia.

Bukan hanya pekerja, animo aset kripto juga dirasakan oleh kalangan pelajar.

Nimas Ayu Tiyas, seorang mahasiswi kebidanan asal kota Pasuruan, Jawa Timur, mencoba trading aset kripto untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya.

"Seperti membeli buku dan peralatan kuliah dari hasil trading kripto," ujar dia.

Sebagai informasi, saat ini di Indonesia sudah memiliki wadah tempat jual beli lebih dari 170 aset kripto yang resmi terdaftar dan sudah diatur legalitasnya oleh kementerian terkait.

Baca juga: Pelajari Ini Dulu Sebelum Investasi Kripto

Potensi Risiko Aset Kripto

Bank Indonesia (BI) menjabarkan beberapa risiko dari aset kripto. BI melihat dampak perdagangan aset kripto terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia masih terbatas.

Pertama, risiko pasar yang muncul dari volatilitas harga aset tanpa ada transaksi underlying. Ini menyebabkan valuasi menjadi susah dilakukan.

Kedua, risiko kredit, apabila dana yang digunakan masyarakat untuk berinvestasi berasal dari pinjaman lembaga keuangan.

Ketiga, risiko disintermediasi sejalan dengan shifting penggunaan dana untuk tujuan investasi di aset kripto yang dapat berdampak pada penurunan pembiayaan ke sektor riil, terutama jika nilai transaksi tumbuh signifikan.

Baca juga: Waspadai Platform Robot Trading Jika Inves di Forex Hingga Kripto, Janggal dan Rawan Penipuan

BI juga menyebut literasi masyarakat atas potensi risiko investasi pada aset kripto tetap harus ditingkatkan. Pasalnya, bisa saja masyarakat tergiur dengan kenaikan harga aset kripto yang sangat signifikan dalam kurun waktu pendek.

Padahal, tak melulu manis, aset kripto juga memiliki risiko yang tinggi karena ini memiliki volatiltas harga aset yang cukup tinggi tanpa adanya transaksi underlying.

“Untuk itu, literasi mengenai karakteristik dan potensi kerugian yang mungkin timbul dari investasi pada set kripto perlu ditingkatkan,” tulis BI tulis bank sentral dalam Kajian Stabilitas Keuangan no. 37 yang diluncurkan Selasa (5/10/2021).

“Perdagangan aset kripto saat ini masih bersifat early stage, fasilitas yang dimiliki pedagang masih terbatas pada spot trading dengan jumlah transaksi aset kripto yang masih kecil, bila dibandingkan dengan transaksi saham,” tulisnya.

Baca juga: Waspadai Platform Robot Trading Jika Inves di Forex Hingga Kripto, Janggal dan Rawan Penipuan

Minat investasi aset kripto melonjak tajam

Bank Indonesia (BI) melihat adanya peningkatan jumlah investor dan transaksi aset kripto pada semester I-2021. Mengutip dari Indodax, bank sentral menyebut ada peningkatan signifikan jumlah investor maupun transaksi aset kripto yang signifikan dari akhir 2020 dan mencapai puncaknya pada Maret 2021.

“Pada Maret 2021, jumlah investor mencapai sekitar 3,5 juta hingga 4,0 juta, tetapi jumlah active trader dibandingkan total investor hampir mencapai 21,5%,” ungkap bank sentral dalam Kajian Stabilitas Keuangan no. 37 yang diluncurkan Selasa (5/10/2021).

Peningkatan yang pesat tersebut sejalan dengan kenaikan harga aset kripto yang juga signifikan pada Maret 2021.

Baca juga: Tergiur Untung Berlipat, Korban Dugaan Penipuan Robot Trading Kripto Lapor ke Polda Metro Jaya

Pada saat itu, salah satu jenis aset kripto yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia adalah Bitcoin. Jenis ini bahkan diperdagangkan dengan harga yang paling tinggi.

Sebut saja, pada periode tersebut, Bitcoin sempat mencapai level tertinggi sebesar Rp 850 juta per keping atau naik 112,5% dari level Desember 2020 yang sebesar Rp 400 juta per keping.

Kenaikan harga yang cukup tajam tersebut, antara lain dipengaruhi oleh kemudahan membuat akun di berbagai perdagangan aset kripto dengan modal yang relatif kecil, serta adanya pembelian BItcoin oleh beberapa korporasi besar global.

Sementara di Amerika Serikat (AS), stimulus fiskal juga turut mendorong ruah tangga yang memilih aset kripto sebagai alternatif investasi (safe haven). (Kompas.com/Tribunnews.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas