Pfizer, BioNTech dan Moderna Raup Pendapatan 1.000 Dolar AS Per Detik dari Jualan Vaksin Covid-19
Tiga produsen vaksin virus corona (Covid-19) teratas dunia telah mengantongi pendapatan sekitar 65.000 dolar per menit
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, CAPE TOWN - Penelitian terbaru mengungkap, tiga produsen vaksin virus corona (Covid-19) teratas dunia telah mengantongi pendapatan sekitar 65.000 dolar Amerika Serikat (AS) per menit, karena negara-negara kaya memborong produk mereka.
Sementara rencana untuk menawarkan vaksin ke negara-negara miskin dengan 'iming-iming' diskon, sebagian besar mengalami kegagalan.
"Sungguh menyebalkan mengetahui beberapa perusahaan menghasilkan keuntungan jutaan dolar setiap jamnya, sementara hanya dua persen orang di negara-negara berpenghasilan rendah telah sepenuhnya divaksinasi Covid-19," kata Aliansi Afrika dan Aliansi Vaksin Rakyat Afrika (PVA) pada Selasa kemarin.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (17/11/2021), Pfizer, BioNTech, dan Moderna menghasilkan 65.000 dolar AS setiap menit dari penjualan vaksin Covid-19 blockbuster mereka.
Aliansi Afrika dan PVA mencatat bahwa perusahaan tersebut telah mengirimkan sebagian besar vaksin mereka ke negara-negara kaya.
Baca juga: Lampaui Target WHO, Vaksinasi Covid-19 Indonesia Tetap Dipercepat
Trio farmasi ini diprediksi akan merealisasikan 34 miliar dolar AS, dengan jumlah yang mencapai 1.000 dolar AS per detik atau 93,5 juta dolar AS per hari.
Terlepas dari keuntungan luar biasa ini, 98 persen orang di negara-negara berpenghasilan rendah tetap tidak mendapatkan kesempatan untuk divaksinasi.
Baca juga: Vaksinasi Ketiga di Jepang Mulai 1 Desember 2021 Pakai Pfizer, 6 Bulan Setelah Vaksinasi Kedua
Menurut dua organisasi Afrika itu, Pfizer dan BioNTech hanya mengirimkan kurang dari 1 persen dari pasokan mereka ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Sedangkan Moderna telah melakukan yang lebih buruk lagi, karena diklaim hanya membagikan 0,2 persen dari pasokannya sendiri ke negara-negara berpenghasilan rendah.
Baca juga: 680.400 Donasi Vaksin Moderna dari Pemerintah Belanda Tiba di Indonesia
"Pfizer, BioNTech, dan Moderna telah menggunakan monopoli mereka untuk memprioritaskan kontrak yang paling menguntungkan dengan pemerintah terkaya, meninggalkan negara-negara berpenghasilan rendah dalam kedinginan dan kesendirian," kata Maaza Seyoum dari Aliansi Afrika pada Selasa kemarin.
Baca juga: Jerman Hanya Rekomendasikan BioNTech-Pfizer untuk Kaum Muda
Sementara itu, AstraZeneca dan Johnson & Johnson dianggap lebih baik dalam mendistribusikan vaksin mereka secara nirlaba, mereka berencana untuk mengakhiri pengaturan itu dalam waktu dekat, dengan memperkirakan berakhirnya pandemi Covid-19.
PVA pun telah meminta Big Pharma untuk sementara waktu menghentikan hak kekayaan intelektual terkait vaksin Covid-19, melepaskan hak kekayaan intelektual di bawah perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Namun mirisnya, negara-negara kaya seperti Jerman dan Inggris telah memblokir langkah itu.