Komisi VI: Masih Ada Harapan untuk Masa Depan Garuda Indonesia
Anggota DPR Faisol Riza menilai Pemerintah masih belum yakin pada masa depan Garuda.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
Kendati demikian, terlepas darinya, Faisol menjelaskan bahwa untuk menyuntik mati Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bukanlah sesuatu yang sederhana.
“Menutup BUMN itu tidak semudah yang kita bayangkan karena ada proses panjang,” ungkapnya.
Sampai saat ini, ada sekitar 40 BUMN yang sedang sekarat. Di antara mereka, bahkan ada yang sampai hanya tersisa satu direksi dan beberapa karyawan.
Sebagian lainnya ada yang sudah dinyatakan pailit oleh pengadilan, kata Faisol. Asetnya sudah dilelang, tapi hingga sekarang tidak terjual. Sebagai pihak yang bisa membubarkan pun, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tidak bisa berbuat banyak.
“Kemenkeu sebagai institusi yang bisa membubarkan, sampai hari ini sudah lebih dari 10 tahun tidak berhasil membubarkan BUMN yang ini,” ungkap Faisol.
Faisol membeberkan dua BUMN yang susah dibubarkan tersebut adalah Perusahaan Kertas Leces dan Merpati Nusantara Airlines (MNA).
“Untuk kasus merpati, perusahaan punya hutang pada karyawan. Perusahaan tidak bisa membayar sebab aturannya perusahaan baru bisa membayar ketika ada investasi masuk. Tapi, sampai hari ini tidak investasi. Jadi, kondisi merpati sekarang itu sekarat, tapi tidak mati-mati,” ucapnya.
“Jadi, begitulah. Untuk menutup BUMN itu tidak mudah. Dan dari situ, pemerintah pada akhirnya lebih memilih melakukan konsolidasi di antara BUMN yang sekarat ketimbang menyuntik mati,” imbuhnya.
Di semester I 2020 PT Garuda Indonesia merugi sebanyak USD712 juta atau setara Rp10,34 triliun.
Utang yang harus Garuda Indonesia lunasi mencapai USD9,75 miliar atau setara Rp138,45 triliun. Dan modal minusnya sebesar USD2,8 miliar atau setara Rp39,7 triliun.
Salah satu penyebabnya adalah pandemi. pada kuartal I 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang Garuda anjlok 98,3%. Akibatnya mereka harus kehilangan pendapatan sebesar 99%.
Kendati demikian, menurut Faisol, sebelum pandemi pun sebenarnya Garuda Indonesia sudah terpuruk. “Sebenarnya garuda sudah parah sebelum Pandemi. Pandemi ini hanya menambah keparahannya,” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.