Kejar Zero Carbon 2060, Dibutuhkan Percepatan Kendaraan Listrik
Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran menyebut, peran sektor kelistrikan berfungsi mendorong aktivitas ekonomi
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komitmen Indonesia mengejar net zero carbon 2060, dinilai bergantung pada keberhasilan masyarakat beralih dari kendaraan berbasis bahan bakar minyak (BBM) menjadi listrik.
Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran menyebut, peran sektor kelistrikan berfungsi mendorong aktivitas ekonomi sekaligus mendukung geliat industri nasional.
"Program transisi energi idealnya juga didukung dari sisi hilir (peningkatan demand). Jika sudah ada peningkatan demand, maka dari sisi hulu lebih mudah beralih," ujar Tumiran, Jumat (19/11/2021).
Menurutnya, salah satu potensi demand yang dapat dimanfaatkan yakni sektor transportasi, seiring kontribusi emisi CO2 dari sektor tersebut sangat besar.
Untuk itu, dengan adanya transisi kendaraan berbasis bahan bakar minyak menjadi listrik, upaya mereduksi emisi CO2 secara besar-besaran dapat dilakukan.
"Kalau sektor transportasi emisinya direduksi, sementara sumber listriknya juga berasal dari EBT, maka target-target pemerintah terkait net zero carbon lebih realistis untuk dicapai," katanya.
Baca juga: Pemerintah Berencana Terbitkan Aturan Penggunaan Mobil dan Motor Listrik untuk Pejabat
Komitmen pemerintah dalam net zero carbon 2060, kata Tumiran, patut diapresiasi, tetapi implementasi program di lapangan perlu menyelaraskan kebutuhan badan usaha dalam hal ini PLN.
"Pembangkit EBT struktur biayanya tinggi. Makanya, kami mendukung PLN sebagai ujung tombak transisi energi dengan memastikan implementasi mobil listrik, kompor induksi, dan sebagainya lebih massif," paparnya.
Mengutip keterangan resmi PLN, dari sisi penghematan, pengendara mobil listrik hanya perlu merogoh kocek Rp 10 ribu untuk menempuh jarak 72 kilometer (km).
Jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak (BBM), maka dengan jarak tempuh 72 kilometer, masyarakat harus merogoh kocek sekitar Rp 60 ribu dengan asumsi harga BBM, Rp 9 ribu per liter.
Selain mendukung terbentuknya ekosistem kendaraan listrik, PLN telah mencanangkan peta jalan yang komprehensif menuju NDC 2030 dan Neutral Carbon 2060.
BUMN Kelistrikan itu menargetkan menghasilkan pengurangan emisi sebesar 900 juta ton CO2 ekivalen pada 2060.
Baca juga: Gojek dan TBS Energi Siapkan Fasilitas Pembiayaan Kendaraan Listrik untuk Driver Ojol
Target tersebut akan dicapai melalui sejumlah strategi yaitu mengembangkan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke EBT, pengembangan pembangkit gas, menerapkan teknologi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ramah lingkungan.
PLN juga akan memensiunkan PLTU, penerapan co-firing, melakukan penerapan efisiensi dan menurunkan susut jaringan, percepatan memensiunkan PLTU, Carbon Capture and Storage (CCS), serta penerapan co-firing berbasis hidrogen.