Pengamat: Lini Asuransi Kredit di Indonesia Perlu Segera Dibenahi
Persaingan tersebut telah mengakibatkan tarif premi menjadi rendah seiring cakupan rasio kegagalan kredit yang cenderung begitu luas
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat ekonomi bisnis berpendapat industri asuransi di Indonesia bakal lebih moncer jika persaingan pengembangan lini bisnis asuransi kredit yang kurang sehat dalam beberapa tahun belakangan segera dibenahi.
Persaingan tersebut telah mengakibatkan tarif premi menjadi rendah seiring cakupan rasio kegagalan kredit yang cenderung begitu luas.
“Sehingga mengakibatkan gap yang semakin lebar antara risiko yang dihadapi dengan nilai preminya,” kata Pengamat Ekonomi-Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS), Nurmadi Harsa Sumarta, dalam penjelasan resminya, Senin (29/11/2021).
Tahun lalu saja, menurut dia, lini asuransi kredit sempat mengalami lonjakan klaim yang cukup tinggi di saat perolehan preminya malah menurun.
Tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19 telah mengganggu kemampuan masyarakat dalam mencicil kredit, sehingga jelas berdampak kepada lni bisnis asuransi kredit.
Situasi ini mengakibatkan perusahaan-perusahaan penerbit asuransi kredit mengalami tekanan berat.
Risiko klaim asuransi kredit masih memiliki potensi membesar pun tetap ada, mengingat ancaman kredit macet belum sirna karena ekonomi masyarakat juga belum pulih saat ini.
Pembengkakan klaim juga bisa muncul sebagai akibat dari kredit periode jangka panjang yang polisnya telah terbit sebelumnya.
Baca juga: AXA Luncurkan Emma, Layanan Asuransi Digital Satu Pintu
Belum lagi soal penerapan tata kelola dan manajemen risiko di lini asuransi kredit yang masih rendah, sehingga ikut menjadi beban.
Untungnya, risiko masih bisa diminimalisir melalui relaksasi fasilitas kredit perbankan, sehingga debitur dapat membayarkan kewajiban cicilan ke kreditur.
Namun, perlu diingat bahwa nasabah asuransi kredit memiliki profil risiko lebih tinggi dibandingkan asuransi lainnya.
“Jika relaksasi dicabut saat ekonomi masyarakat belum pulih, maka akan berpotensi terjadi kredit macet. Ini akan mengakibatkan klaim asuransi kredit membengkak,” ujar dia.
Menurut Nurmadi, perusahaan harus selalu mempelajari portofolio asuransi kreditnya dengan menghitung rasio klaim.
Ini perlu dilakukan guna memastikan apakah portofolio asuransi kredit yang ada saat ini masih akan memberikan hasil underwriting bagus atau tidak.
Baca juga: BCA Life Ajak Generasi Milenial Mulai Sadar Berasuransi
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.