BRI Berdayakan Kaum Perempuan di Sleman untuk Produksi Hidroponik, Berjualan di YouTube
Berkat CSR BRI Peduli, KWT Mentari semakin berkembang. Tak hanya tanaman herbal, KWT Mentari membudidayakan sayuran dan buah dengan sistem hidroponik
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dari hobi menjadi ladang rezeki. Kalimat ini rasanya pas untuk menggambarkan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mentari.
Berkat hobi bercocok tanam di pekarangan rumah, kaum perempuan di Dusun Karangploso, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta bisa menambah penghasilan keluarga.
"Kita kan sering buat jamu empon-empon. Dari hidroponik ada bayam Brasil, kita buat peyek, stik. Setiap mereka buat itu, mereka dapat uang saku dari KWT," ungkap Rini Laksinto dari KWT Mentari.
Baca juga: Pentingnya Kolaborasi untuk Mengoptimalisasikan Dampak Program CSR
Setiap kali datang untuk mengolah hasil pertanian, kata Rini, 23 anggota KWT Mentari mendapatkan uang saku Rp 50.000. Setidaknya, mereka berproduksi seminggu tiga kali.
"Kan lumayan, seminggu tiga kali datang, jadi Rp 150.000. Itu benar-benar saya rasakan membantu sekali untuk mereka," tuturnya yang Juli lalu baru saja pensiun dari sebuah bank pemerintah.
KWT Mentari sendiri sudah berdiri sejak 28 November 2018. Awalnya hanya menjadi wadah berkumpulnya ibu-ibu di Dusun Karangploso dalam menyalurkan hobi bertanamnya.
Namun sejak mendapatkan pelatihan membuat jamu pada Desember 2019, mereka mulai memproduksi jamu empon-empon dari hasil panen tanaman mereka.
Baca juga: Ingin Dongkrak Kinerja UMKM Lewat Program Gratis Ongkir, Ahok: Dana CSR BUMN Bisa Dimanfaatkan
Mereka berinovasi dengan membuat empon-empon instan, dengan slogannya 'Cara Modern Menikmati Jamu'. Produk mereka disambut antusias pasar.
Apalagi momentumnya pas. Kala itu Covid-19 mulai menyebar di Tanah Air.
"Di tengah Covid-19, masyarakat menginginkan sesuatu yang praktis untuk daya tahan tubuh," katanya.
Berkat bantuan CSR BRI Peduli, kini KWT Mentari semakin berkembang. Tak hanya tanaman herbal, KWT Mentari membudidayakan sayuran dan buah dengan sistem hidroponik. Saat ini sudah ada 500 titik tanam.
Produk yang dihasilkan pun semakin beragam. Diantaranya, permen buah dan sayur, tepung singkong (mocaf) hingga sambal pecel.
"Kami dapat bantuan untuk hidroponik dari BRI. Setiap ada pameran atau perkembangan mengenai KWT, kami juga selalu diinfokan," terang Rini.
Selain dari sisi produksi, KWT Mentari ingin meningkatkan sistem promosi dan pemasaran.
"Di sini ada anak-anak muda punya YouTube, laris sekali jualannya. Luar biasa semangatnya. Kalau kita jualan kan harus gimana caranya seperti anak muda," ucap Rini.
Ke depan, Rini berharap KWT Mentari bisa memiliki Rumah Strawberry. Yakni perkebunan strawberry sekaligus tempat wisata.
"Juga Warung Strawberry. Jadi nanti ibu-ibu bisa jualan apa saja di situ," ungkapnya