Lima Tips Temukan Product-Market Fit Agar Startup Tidak Tumbang di Tengah Jalan
Salah satu kesalahan utama startup adalah menunggu terlalu lama untuk menguji apakah pasar menerima produk mereka dengan baik atau tidak.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
2. Lakukan A/B testing untuk menghitung dampak nyata
Dalam operasional startup, seringkali perusahaan menghadirkan fitur-fitur baru dengan harapan untuk menarik semakin banyak pengguna.
Namun, hal ini justru bisa menjadi distraksi dari tawaran utama startup. Fajar Budiprasetyo menyarankan startup untuk menjalankan A/B testing agar bisa menghitung dampak nyata dari sebuah promo/fitur/kemitraan baru.
Ia mengakui, budaya eksperimen ini telah ia pupuk sejak mengembangkan HappyFresh.
3. Dengarkan umpan balik dari pengguna
Pemikiran kritis menjadi hal esensial yang harus dimiliki semua founder startup.
Untuk bisa mencapai PMF, maka jalan terbaik adalah untuk benar-benar memahami target pengguna, mulai dari kebutuhan, keinginan, hingga harapan mereka.
Phil Opamuratawongse dari Shipper mengatakan, semua pengguna ingin mencoba layanan startup agar bisa mempermudah hidup mereka.
Untuk itu, terlebih bagi para startup B2B atau startup yang model bisnisnya rumit dan membutuhkan edukasi lebih.
"Kalau pengguna belum tertarik mencoba, kita yang harus giat ‘jemput bola’ dan mengajak mereka untuk menggunakan sistem kita, jelaskan apa saja kelebihan-kelebihannya,” kata Phil Opamuratawongse, merefleksikan pengalamannya saat membesarkan Shipper.
Fajar juga menekankan, umpan balik dari pengguna menentukan jalan masa depan bagi perusahaan.
“Di HappyFresh, kami memiliki tim teknologi dan produk yang terintegrasi untuk membentuk mindset yang agile dan kolaboratif.
Kami juga mengajak tim engineering untuk berbicara langsung dengan pengguna, supaya mereka semakin mendalami pain points dari pengguna dan menciptakan solusi yang tepat.”
4. Bersikap fleksibel dalam mengadaptasi produk