Terlilit Utang Rp 35 Triliun, Ini Proyek Bandara Angkasa Pura I yang Diduga Sebagai Penyebabnya
Kondisi finansial PT Angkasa Pura I (Persero) diketahui sedang mengalami kerugian, dengan memiliki utang mencapai Rp 35 triliun
Editor: Muhammad Zulfikar
Di tahun 2021, perseroan memprediksi trafik hanya mencapai 25 juta penumpang.
Baca juga: Penurunan Penumpang Sejak 2019, Jadi Pemicu Angkasa Pura I Rugi Hingga Rp 200 Miliar per Bulan
Akhirnya, pendapatan perusahaan anjlok hanya Rp 3,9 triliun di tahun 2020 dari Rp 8,6 triliun di tahun 2019. Di sisi lain, Angkasa Pura I berhadapan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara.
Di saat yang sama, Angkasa Pura I tengah melakukan beberapa pengembangan bandara yang sudah berkategori lack of capacity, seperti Bandara YIA Yogyakarta dengan dana Rp 12 triliun, terminal baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin dengan dana Rp 2,3 triliun, dan Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp 2,03 triliun.
Lalu, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp 2,6 triliun, serta beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, dan Bandara El Tari Kupang.
"Sektor aviasi dan pariwisata merupakan sektor yang sangat terdampak pandemi Covid-19 di mana pandemi ini masih belum dapat diprediksi kapan akan berakhir. Situasi pandemi yang berkepanjangan membawa tekanan kepada kinerja operasional dan keuangan Angkasa Pura I," pungkas Faik.
Proyek Diduga Pemicu Utang
Kondisi keuangan PT Angkasa Pura I (Persero) sedang berada dalam posisi yang tidak baik. Ini terefleksikan dari posisi utang perseroan yang mencapai kisaran Rp 35 triliun.
Masifnya pembangunan dan pengembangan bandara baru menjadi salah satu utama penyebab kondisi keuangan BUMN pengelola bandara itu memburuk.
Pasalnya, langkah-langkah ekspansi bisnis tidak diikuti dengan peningkatan jumlah penumpang.
Baca juga: Bandara Kualanamu Diisukan Dijual ke India, Ini Tanggapan dari Angkasa Pura II
Akibatnya, di tengah langkah ekspansi yang cukup masif, pendapatan AP I justru tergerus sejak tahun lalu. Tercatat pada 2019, AP I masih mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 8,6 triliun, namun pada tahun berikutnya perseroan hanya mampu meraup pendapatan sebesar Rp 3,9 triliun.
Manajemen perusahaan pelat merah itu memproyeksikan, pada tahun ini pendapatan perseroan juga masih akan terkoreksi. Ini selaras dengan masih kerap dilakukannya aturan pembatasan pergerakan masyarakat, guna menekan penyebaran Covi-19.
"Situasi pandemi yang berkepanjangan membawa tekanan kepada kinerja operasional dan keuangan Angkasa Pura I," ujar Direktur Utama AP I Faik Fahmi, dikutip Senin (6/12/2021).
Sementara itu, dari sisi pengeluaran atau investasi, AP I telah menggelontorkan kurang lebih sekitar Rp 19,2 triliun untuk pembangunan dan pengembangan bandara nasional.
Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) menjadi proyek yang paling banyak menghabiskan anggaran AP I. Tercatat proyek pembangunan bandara internasional itu menghabiskan anggaran sekitar Rp 12 triliun.
Kemudian, AP I juga melakukan pembangunan sejumlah terminal baru, yang turut menyedot banyak biaya, mulai dari Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya sebesar Rp 2,3 triliun dan Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp 2,03 triliun.