Ternyata Utang Angkasa Pura I Sejumlah Segini, Kerugian Tahun Ini Tak Terhindarkan
Perseroan yang dipimpinnya diproyeksikan bakal mengalami kerugian Rp3,24 triliun pada tahun ini
Editor: Hendra Gunawan
Ia mengungkapkan, utang AP I yang kini menumpuk berpotensi semakin memburuk jika tidak dilakukan restrukturisasi secara menyeluruh.
Baca juga: Bandara Kualanamu Diisukan Dijual ke India, Ini Tanggapan dari Angkasa Pura II
Saat ini, perseroan sedang melakukan program penyehatan keuangan, meliputi finansial, operasional, penjaminan, pembiayaan, tranformasi bisnis, dan optimalisasi aset.
Faik pun meyakini, melalui program restrukturisasi yang dilakukan perseroan saat ini, akan membuat kinerja AP I semakin membaik di tahun depan.
"Dengan utang tersebut kondisi saat ini memang AP I belum beranjak pulih akibat dampak pandemi Covid-19, dan ada potensi meningkat lebih buruk lagi bila tidak ada upaya penyehatan atau restrukturisasi," kata dia.
Rugi Rp 3,24 Triliun
Pada sisi lain, Faik Fahmi mengungkapkan, Perseroan yang dipimpinnya diproyeksikan bakal mengalami kerugian Rp3,24 triliun pada tahun ini.
Ia mengungkapkan, tidak sehatnya keuangan Angkasa Pura I imbas adanya pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia sejak Maret 2020, sehingga berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara Angkasa Pura I.
Ditambah lagi, pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi lack of capacity.
Seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp12 triliun, Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp2,3 triliun, dan juga pengembangan bandara-bandara lainnya.
Di mana kesemuanya dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.
Adanya pandemi Covid-19 membuat kondisi keuangan dan operasional perusahaan mengalami tekanan cukup besar.
“Kenapa beban keuangan ini menjadi lebih besar? Karena diselesaikannya (pembangunan dan pengembangan) bandara, dan menggunakan pendanaan dari eksternal melalui sindikasi dan obligasi sehingga muncul beban keuangan dalam bentuk bunga,” ucap Faik saat konferensi pers, Rabu (8/12/2021).
“Dengan kondisi tersebut, kami memproyeksikan laba rugi kita di 2021 ini mungkin masih akan minus Rp3,24 triliun, dengan EBITDA minus Rp209 miliar,” sambungnya.
Sebagai informasi, pendapatan Angkasa Pura I pada 2019 yang mencapai Rp8,6 triliun anjlok di 2020, di mana perusahaan hanya meraih pendapatan Rp3,9 triliun.