Sering Kecelakaan, Transjakarta Diminta Tak Jadi Operator Bus
Djoko Setijowarno mengatakan dalam pengelolaan bus, PT Transjakarta seharusnya tidak perlu turut serta menjadi operator
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kecelakaan bus Transjakarta yang sering terjadi akhir-akhir ini masih menjadi pertanyaan bagi banyak orang.
Kendaraan yang memiliki fitur canggih dan lengkap sekaligus didatangkan dari luar negeri ini ternyata akhir-akhir ini seringkali menabrak hingga memakan korban di jalanan.
PT Transjakarta yang merupakan perusahaan Badan usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta pengelola bus Transjakarta hingga saat ini pun tengah melakukan investigasi dan mencari penyebab atas kecelakaan yang sering terjadi.
Baca juga: Sopir Transjakarta Mengantuk Karena Koridor Sempit
Menanggapi hal itu, Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan dalam pengelolaan bus, PT Transjakarta seharusnya tidak perlu turut serta menjadi operator, melainkan berlaku sebagai wasit pelayanan yang tugasnya mengawasi seluruh persyaratan dan aturan main yang telah ditetapkan.
"Para operator yang melakukan kontrak kerja dengan Transjakarta itulah yang menjadi pemain yang diawasi oleh Transjakarta. Dan dalam melakukan pengawasan aturan main tersebut, Transjakarta harus adil dan disiplin menerapkan aturan dan persyaratan yang ada," kata Djoko dalam keterangannya, Sabtu (11/12/2021).
Baca juga: Transjakarta Buka Rute Baru Bus dari Harmoni ke Jakarta International Stadium
Djoko menyebut jika Transjakarta menjadi pemain atau operator maka otomatis akan memiliki standar ganda yang membuatnya berlaku tidak adil dalam melaksanakan tugasnya.
"Kalau Transjakarta sendiri ikut jadi pemain, bukan tidak mungkin pengawasan dan aturan main menjadi memiliki standar ganda yang bisa menjadi tidak adil dalam melaksanakan tugasnya karena menjadi ambigu," ujarnya.
Saat ini, Transjakarta menjadi pengawas sekaligus operator yang juga harus mencari keuntungan.
Karenanya, aturan yang berlaku seringkali lunak terutama untuk bus transjakarta yang dikelola sendiri oleh perusahaan.
Baca juga: Manajemen Transjakarta Bantah Pekerjakan Driver di Atas 8 Jam Kerja
Dengan standar ganda itu, justru membuat Transjakarta menganakemaskan bus yang dioperasikannya.
Misalnya dengan memberi prioritas lebih untuk peluang keuntungan, misalnya dengan menempatkan armadanya pada rute yang panjang dan lebih toleran atau lebih kendor terhadap aturan yang ada.
Sementara berlaku sebaliknya, operator lain justru malah ditekan untuk berlaku disiplin. Bahkan jika terjadi pelanggaran langsung diberi penalty.
"Sementara kepada operator lain lebih ditekan pada disiplin sampai sekecil-kecilnya. Bila terjadi pelanggaran langsung diberi penalty," kata Djoko.
Djoko menambahkan, Transjakarta mesti memahami kapasitas dan tugasnya yang saat ini sudah terlalu banyak.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.