Pandemi Belum Usai, Penyaluran Dana ke Multifinance Masih Seret
Bisnis pendanaan atau pembiayaan pada tahun ini benar-benar terpukul oleh pandemi Covid-19.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bisnis pendanaan atau pembiayaan pada tahun ini benar-benar terpukul oleh pandemi Covid-19.
Pendanaan dari bank ke perusahaan multifinance mengalami penurunan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga Oktober 2021 penyaluran pinjaman bank ke mulitifinance turun 13,86% yoy menjadi Rp 211,68 triliun. Penurunan itu terjadi baik di bank dalam maupun luar negeri.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menyebut, penurunan pendanaan dari perbankan memang tidak turun ke semua multifinance ke perusahaan multifinance yang besar-besar yang dimiliki oleh perbankan atau yang dimiliki oleh grup besar dan asing terus berjalan.
Baca juga: BTN Siapkan Ekosistem Pembiayaan Perumahan untuk Genjot KPR
"Tetapi memang yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan multifinance yang lokal, shareholder itu memang biasanya berhubungan dengan bank buku I dan buku II, bicara mengenai likuiditas juga masih ketat," kata Suwandi saat di hubungi kontan.co.id, Selasa (14/12/2021).
"Bank yang kecil-kecil yang berhubungan dengan perusahaan pembiayaan untuk menengah ke bawah masih khawatir dari sisi resiko memberikan pendanaan di tengah pandemi seperti sekarang," ujar dia.
Suwandi mengatakan, penurunan pendanaan dari bank tidak berlanjut di tahun depan, tetap masih berjalan dan perusahaan pembiayaan juga masih tetap mendapatkan dukungan dana.
Baca juga: Tingkatkan Nilai Ekspor, LPEI Berikan Pembiayaan PKE ke Pelaku Usaha
"Tapi memang pendanaan dari bank masih belum merata, jadi urusan pembiayaan yang menengah yang asetnya dimiliki oleh pemegang saham dalam negeri memang masih belum mendapatkan pendanaan secara maksimal," ujar Suwandi.
Oleh karena itu, APPI menghimbau untuk perbankan mulai mengucurkan dana kepada perusahaan pembiayaan, karena sekarang mobilitas juga sudah tinggi. Kalau kemarin khawatir dari sisi resiko, juga adanya PPKM yang menahan mobilitas.
"Sekarang dengan banyaknya orang yang sudah divaksin harapannya adalah bahwa ini akan meningkatkan kepercayaan perbankan untuk mengucurkan kreditnya," ungkapnya.
"Karena selama ini juga perbankan hati-hati, itu wajar karena dari sisi manajemen risiko mereka lebih harus melihat situasi dulu," lanjut Suwandi.
Baca juga: Kendaraan Listrik Mulai Jadi Magnet untuk Pemain Multifinance
Salah satu perusahaan pembiayaan PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk atau WOM Finance juga mengaku alami penurunan pendanaan dari perbankan.
"Hal tersebut dikarenakan portfolio asset loan-nya menurun yang disebabkan karena selama pandemi penyaluran kredit turun cukup besar," kata Presiden Direktur WOM Finance Djaja Suryanto Sutandar
Kendati demikian Djaja menyebut, penurunan ini tidak akan berlanjut di tahun 2022. Karena kondisi sudah semakin kondusif/ selama pandemi terkontrol dengan baik.
"Target pendanaan tahun sepan akan disesuaikan dengan target penyaluran pinjaman sekitar 10%," terang Djaja.
Dalam mengoptimalkan untuk mendapatkan pendanaan, perusahaan melakukan be issue bonds dan pinjaman dari bank, yang tentunya disesuaikan dengan kondisi bunga di market.
Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) Ristiawan Suherman mengungkapkan, sampai dengan saat ini CNAF masih tidak mengalami kendala terkait pendanaan dari berbagai Bank Lokal yang ada di Indonesia.
"Hal tersebut kita yakini sebagai dampak dari perseroan yang terus dapat mempertahankan kinerja yang baik dari sisi keuangan dan kesehatan asset kelolaan yang dimiliki," ujar Ristiawan.
Pihaknya juga sangat meyakini bahwa tahun 2022 adalah tahun yang penuh harapan dilihat dari forecast pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan ada di atas level 5% dan juga percepatan pemberian vaksinasi terhadap masyarakat.
Menurutnya, domino efek dari itu semua akan menjadikan meningkatnya tingkat kepercayaan dari Bank terhadap industri perusahaan pembiayaan di tahun 2022.
Ristiawan mengatakan, sejauh ini komitmen dari seluruh kreditur CIMB Niaga Finance cukup tinggi dalam terus memberikan pendanaan terhadap perseroan, ditambah dukungan dari Induk usaha sebagai Partner Joint Finance dari CNAF juga sangat tinggi sehingga kita yakin pertumbuhan yg kita harapkan di tahun 2022 akan mendapatkan support maksimal.
"Sementara ini CNAF masih terus memaksimalkan instrumen pendanaan yang ada yaitu pinjaman executing dari banyak bank lokal dan Joint Finance dengan Induk usaha," katanya.
Serupa dengan CNAF, Clipan Finance juga mengaku tidak ada permasalahan mengenai pendanaan dari bank.
"Sumber kami dari JF Bank Panin sebagai induk perusahaan, bilateral Loan dengan bank-bank besar lain masih mencukupi," ucap Direktur Utama Clipan Finance, Harjanto Tjitohardjojo.
Harjanto bilang, di tahun depan target pendanaan Clipan dari bank naik dari Rp 3.5 triliun di 2021 menjadi Rp 6 triliun di 2022.
"Pendanaan tahun depan masih sangat mencukupi," katanya.
Harjanto menyebut, untuk pendanaan baru jika dibutuhkan bisa menggunakan obligasi atau pinjaman Sindikasi, kendati demikian, ia mengaku dalam dua tahun kedepan pendanaan dari bank masih mencukupi. (Selvi Mayasari)