Bank Indonesia Mencatat Dalam Setahun Rupiah Terdepresiasi 1,97 Persen
Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah per pertengahan Desember 2021 terdepresiasi sekitar 1,97 persen sejak Januari (year to date/ytd).
Editor: Muhammad Zulfikar
Ariston meyakini rupiah dapat bangkit melawan pukulan Omicron."Rupiah diproyeksi bisa ditutup menguat," kata dia.
Mata uang asing terlihat bergerak variatif di tengah merebaknya kasus Omicron.Tercatat, baht Thailand melemah 0,36 persen, ringgit Malaysia menguat 0,06 persen, won Korea Selatan melemah 0,09 persen, dan yuan China menguat 0,04 persen.
Adapun peso Filipina yang menguat 0,07 persen, dan dolar Singapura melemah 0,01 persen, yen Jepang melemah 0,01 persen, dan dolar Hong Kong menguat 0,01 persen
"Untuk jangka panjang, pasar masih mewaspadai perkembangan Omicron ini yang laju penularannya sangat cepat," urai Ariston.
Baca juga: Analis: Rupiah Bangkit Melawan Ketidakpastian Omicron
Menurut Ariston, pasar masih mempertanyakan dampak negatif Omicron bagi kesehatan walaupun banyak penelitian menyebutkan dampaknya ringan, tidak sebahaya Delta. Penemuan varian Omicron di
Indonesia menjadi sentimen negatif yang menimpa rupiah.
Ia melihat hal ini telah membatasi minat investor menambah posisi baru di Indonesia. Selain itu, pasar juga masih mewaspadai kebijakan pengetatan moneter Bank Sentral AS yang diekspektasikan
menaikan suku bunga sebanyak 3 kali di 2022. "Kenaikan suku bunga acuan AS ini akan mendorong penguatan dollar AS," lanjutnya. (Tribun Network/Reynas Abdila)