Pengamat Don Enciety Sebut Pemanfaatan Teknologi dan TI sebagai Solusi Pengusaha di Masa Pandemi
Riset Enciety Business Consult juga menunjukkan bahwa internet makin dibutuhkan oleh penduduk bahkan di luar Pulau Jawa.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Pandemi Covid-19 telah menghadirkan berbagai perubahan yang di luar perkiraan semua orang, tak terkecuali para pelaku usaha. Kondisi ini membuat ekosistem bisnis offline mati suri.
Tantangan yang dialami oleh ekosistem bisnis offline tersebut menyusul banyaknya aturan yang membatasi ruang gerak pelaku usaha di masa pandemi, seperti ditiadakannya event serta pembatasan fisik lainnya sehingga pelaku usaha sulit mendulang pendapatan. Buntutnya, omzet mereka pun melorot tajam.
Disebutkan oleh General Manager Enciety Business Consult Don Enciety dalam rilis yang diterima Tribunnews pada Rabu (22/12/2021), kondisi krisis ini membuat pelaku usaha perlu berpikir keras dalam mencari alternatif untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan pendapatan. Salah satunya, memanfaatkan internet dan teknologi informasi (TI).
“Pembatasan sosial mengakibatkan cara pemasaran konvensional menjadi sangat terbatas. Solusinya, pelaku usaha menggunakan instrumen digital untuk menggenjot pemasaran dan penjualan. Hasilnya pun cukup menjanjikan,” ujar Don Enciety.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) terkait persentase perusahaan yang menggunakan internet dan TI untuk pemasaran menyebutkan, sebanyak 47,75 perusahaan sudah menggunakannya sebelum Covid-19 sampai sekarang, tidak menggunakan (46,5 persen) dan baru memulai saat Covid-19 (5,76 persen).
Teknologi digital dorong pergerakan roda usaha di era pandemi
Meski begitu, fakta lain menyebutkan bahwa tidak semua tidak semua bisnis meradang dan gulung tikar di masa pandemi.
“Bagi pebisnis yang sudah memanfaatkan teknologi digital, pandemi justru menjadi berkah yang berlipat-lipat bagi mereka,” sebut Don Enciety.
Salah satu contohnya adalah Diah Arfianti, seorang pelaku usaha kreatif asal Surabaya bernama Diah Cookies. Memulai usaha kue kering rumah sejak tahun 2010, ia bergabung dengan Pahlawan Ekonomi, program pemberdayaan ekonomi perempuan yang diinisiasi Tri Rismaharini (kini Menteri Sosial RI)
Di Pahlawan Ekonomi, Diah belajar digital marketing mulai nol. Bekal dan pengalaman belajar digital marketing sangat membantu menjalankan roda usaha di era pandemi. Internet menjadi tulang punggung bagi pengembangan usahanya. Connectivity dirasakan benar oleh pelaku usaha kecil seperti ini untuk memperbesar pasar.
Diah lama berpuasa dan belajar sulitnya meraih omzet dari kanal digital. Awalnya hanya menggunakan instrumen digital sekitar 30 persen saja. Sisanya, 70 persen dilakukan melalui aktivitas offline seperti bazar, pameran, dan lainnya. Namun dalam perjalanannya, penjualan Diah Cookies meraih sekitar 80 persen pendapatan dari penjualan online (termasuk penjualan on the spot), dan 20 persen penjualan offline.
Ramadan tahun ini, produk Diah Cookies telah di-review sejumlah selebritis papan atas di Indonesia melalui akun IG-nya masing-masing. Di antaranya, Raisa, Nagita Slavina, Daniel Mananta, Ersa Mayori, dan Irish Bella.
Ini hanyalah sedikit gambaran betapa kehadiran internet telah membantu para pelaku usaha kecil dan menengah di saat pandemi seperti sekarang ini.
“Pada prinsipnya, pandemi mengharuskan pelaku usaha adaptif dengan keadaan. Mereka juga dituntut belajar lebih banyak. Bekerja lebih cerdas, lebih produktif dan lebih efektif,” ungkap Don Enciety.
Terus dorong pemerataan akses internet
Di masa pandemi, riset Enciety Business Consult pun menunjukkan bahwa internet makin dibutuhkan oleh penduduk bahkan di luar Pulau Jawa, guna menunjang aktivitas belajar, bekerja, bisnis, dan hiburan.
“Sayangnya, penyediaan jaringan internet yang merata belum tercapai di seluruh wilayah Indonesia. Ketersediaan fixed broadband hanya sebesar 9,66 juta atau sekitar 3,60 persen dari total populasi penduduk. Artinya, jaringan internet masih belum merata ke daerah-daerah di Indonesia,” jelas Don Enciety.
“Sebagian besar penyedia layanan internet hanya membangun jaringan fiber di lokasi-lokasi yang bisa memberikan keuntungan secara bisnis. Baru Telkom melalui layanan fixed broadband IndiHome yang menyediakan jaringan internet dari Sabang hingga Merauke. Tak hanya itu, IndiHome juga menyediakan beragam kecepatan internet yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap aktivitas masyarakat,” lanjutnya.
Hasil riset dari Enciety Business Consult memperlihatkan bahwa lewat sederet aksi nyata, IndiHome mampu menguasai 85,4 persen market share layanan fixed broadband di Indonesia sampai akhir 2020. Angka itu lebih tinggi dibandingkan market share penyedia layanan internet fixed broadband lain, seperti FirstMedia yang hanya 6,9 persen, myRepublic 2,8 persen, Biznet 2,5 persen, MNC Play 1,7 persen.
“Penyedia layanan internet lain diharapkan mengikuti langkah IndiHome untuk bersinergi dengan pemerintah dalam menggarap pasar di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) di Indonesia,” tutupnya.