Tahun Depan Bakalan Banyak Bank Besar Caplok Bank Kecil, Kenapa?
Aksi akuisisi dan merger di industri perbankan tak lepas dari kebijakan modal inti minimum dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Memasuki tahun 2022 nanti, dipastikan bakal terjadi bank-bank besar mencaplok bank kecil.
Akuisisi di industri perbankan tersebut bakalan ramai dari tahun-tahun sebelumnya.
Saat ini saja telah ada lima transaksi akuisisi yang telah terlaksana.
Satu lagi masih dalam proses yakni akuisisi BNI terhadap Bank Mayora.
Sementara aksi merger masih nihil tahun ini.
Baca juga: Nasabah Bank Mandiri Hari Ini Sudah Bisa Transfer Antar Bank Berbiaya Rp 2.500
Adapun tahun lalu, setidaknya terdapat tiga kesepakatan akuisisi dan satu kesepakatan merger.
Aksi akuisisi dan merger di industri perbankan tak lepas dari kebijakan modal inti minimum dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Tahun depan, kesepakatan akuisisi dan merger diperkirakan akan semakin marak mengingat bank umum sudah wajib memenuhi modal inti Rp 3 triliun di penghujung tahunnya.
Baca juga: Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM Lewat M-Banking BCA, Mandiri, BRI dan BNI
Bank-bank yang sedang berjuang menambah modal inti hingga Rp 2 triliun sesuai tahapan yang ditetapkan regulator di akhir 2021 masih punya pekerjaan rumah untuk mencari tambahan modal hingga Rp 3 triliun.
"Akuisisi dan merger masih akan ramai tahun depan terutama dengan adanya POJK mengenai batas modal minimum," kata Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan pada KONTAN, Selasa (28/12).
Dia memperkirakan investor yang akan masuk ke perbankan tidak hanya akan terbatas pada investor lokal tetapi juga berpotensi untuk investor asing.
Menurutnya, investor lokal kemungkinan akan didominasi oleh bank besar.
Bank-bank kecil yang diakuisisi bank besar arahnya bakal membentuk konsolidasi Kelompok Usaha Bank (KUB) sehingga tidak perlu melakukan tambahan modal hingga Rp 3 triliun.
Baca juga: Bank Mandiri Perkuat Layanan Perbankan Digital
Trioksa melihat tantangan akuisisi dan merger tahun depan adalah ketersediaan modal bagi investor dan tingkat kesehatan bank bagi bank yg akan diambil alih.
Sebelumnya, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo mengungkapkan, penambahan modal yang dilakukan bank kecil sebagian besar akan menggunakan pola dengan mendatangkan investor strategis.
Dalam memberikan izin akuisisi, dia bilang OJK lebih mengutamakan investor lokal terutama dalam mengambil alih bank berkinerja apik.
"Jangan sampai bank yang bagus ini dikasih ke asing. Itu tidak benar. Harus ada kerja bakti dululah kalau asing mau ambil," kata Slamet Edi, Selasa (15/12).
Terbaru, lanjut Slamet, konsolidasi strategis dengan investor lokal adalah akuisisi BNI terhadap PT Bank Mayora.
Sebelumnya, sudah ada bank besar yang terlebih dahulu mencaplok bank kecil diantaranya BCA yang mencaplok Bank Royal dan kini bertransformasi BCA Digital dan Grup Bank Mega mengambil alih Bank Harda.
Sejumlah bank yang baru saja mencapai modal inti Rp 2 triliun sudah bersiap-siap lagi untuk menambah modal tahun depan.
PT Bank Ina Tbk misalnya akan menggelar rights issue pada semester II 2022. Bank telah meraup Rp 1,18 triliun dari rights issue yang digelar pada awal Desember, sedangkan per September 2021 modal intinya sudah Rp 1,15 triliun.
Bank Sahabat Sampoerna yang juga sudah memenuhi modal inti Rp 2 triliun per November 2021 lewat injeksi modal dari investor pengendali dan masuknya beberapa investor dalam porsi kecil akan menambah modal lagi Rp 1 triliun tahun depan.
Emtek Group yang sudah merampungkan akuisisi 93% saham PT Bank Fama Internasional pada 22 Desember masih harus menambah modal bank itu mengingat modal intinya baru 1,02 triliun.
Adapun kesepakatan akuisisi yang terjadi tahun ini diantaranya akuisisi Bank Fama oleh Emtek Group, PT Bank Bisnis Indonesia Tbk yang dicaplok Kredivo, PT Bank Bumi Arta Tbk oleh Ajaib Group, Bank Kesejahteraan Ekonomi oleh Sea Group, dan Bank Jasa Jakarta diakuisisi WeLab Ltd.
Sedangkan tahun 2020, kesepakatan akuisisi diantaranya saham Bank Jago yang dibeli Gojek, Bank Harda diakusisi Chairul Tanjung dan saham Bank Bengkulu dibeli Chairul Tanjung. Adapun merger yang terjadi adalah antara Bank Interim dan BCA Syariah. (Dina Mirayanti Hutauruk)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.