IKEA Naikkan Harga Jual Rata-rata 9 Persen karena Biaya Produksi Membengkak
Perusahaan peritel furnitur IKEA menaikkan harga dengan rata-rata 9% karena menghadapi peningkatan biaya transportasi dan bahan baku.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Reporter: Adrianus Octaviano
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan peritel furnitur IKEA menaikkan harga dengan rata-rata 9% karena menghadapi peningkatan biaya transportasi dan bahan baku.
Sebelumnya, IKEA mengatakan akan menyewa lebih banyak kapal, membeli kontainer, dan membuat rute ulang barang antar gudang untuk mengurangi gangguan rantai pasokan tetapi mengatakan sekarang harus membebankan biaya kepada pelanggan, karena diperkirakan turbulensi akan terus berlanjut.
Ingka Group bilang, harga akan naik rata-rata sekitar 9% di seluruh pasarnya, dengan variasi lokal mencerminkan tekanan inflasi yang berbeda, termasuk komoditas dan masalah rantai pasokan.
"Sayangnya sekarang, untuk pertama kalinya sejak biaya yang lebih tinggi mulai mempengaruhi ekonomi global, kami harus memberikan sebagian dari peningkatan biaya tersebut kepada pelanggan kami," kata Manajer Operasi Ritel, Tolga ncü dikutip dari Reuters, Jumat (31/12/2021).
Baca juga: IKEA Garden City Resmi Beroperasi, Mengakomodir Penjualan Produk 16 UMKM
IKEA menghadapi kendala transportasi dan bahan baku yang signifikan yang menaikkan biaya, tanpa jeda yang diantisipasi di masa mendatang.
Bahkan, gangguan tersebut diperkirakan masih akan berlanjut jauh hingga 2022.
Baca juga: HERO Raih Pendapatan Bersih Rp 4,4 Triliun di Kuartal III, Berencana Tambah Gerai IKEA
Ingka Group telah melihat permintaan yang kuat selama pandemi karena orang-orang lebih banyak tinggal di rumah.
Mereka beroperasi melalui sistem waralaba, dengan Ingka pemegang waralaba utama untuk pemilik merek Inter IKEA dengan 392 toko termasuk toko kota, dan 73 format toko yang lebih kecil.
Sumber: Kontan