Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kaleidoskop 2021 - Jumlah Investor Pasar Modal Meningkat Pesat Diiringi Maraknya Pompom Saham

Peningkatan jumlah investor juga merupakan hasil dari upaya BEI dan stakeholders dalam melakukan sosialisasi, edukasi

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kaleidoskop 2021 - Jumlah Investor Pasar Modal Meningkat Pesat Diiringi Maraknya Pompom Saham
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pengunjung melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia mengalami peningkatan.

Total jumlah investor di pasar modal Indonesia per 29 Desember 2021 telah meningkat 92,7 persen menjadi 7,48 juta investor dari sebelumnya 3,88 juta investor per akhir Desember 2020.

"Jumlah ini meningkat hampir 7 kali lipat dibandingkan tahun 2017," ujar Direktur Utama BEI Inarno Djajadi saat konferensi pers, ditulis Jumat (31/12/2021).

Baca juga: IHSG Pada 2021 Berjaya dan Sempat Catat Rekor Sepanjang Masa, Bagaimana di Tahun 2022?

Adapuj secara khusus, pertumbuhan investor ritel pada 2021 ditopang oleh kalangan Milenial atau kelahiran 1981 hingga 1996 dan gen Z kelahiran 1997 hingga 2012.

"Gen Z atau rentang usia di bawah 40 tahun sebesar 88 persen dari total investor ritel baru (per November 2021)," kata Inarno.

Lonjakan pertumbuhan jumlah investor ritel ini turut berdampak terhadap dominasi terhadap aktivitas perdagangan harian di BEI yang mencapai 56,2 persen dari tahun sebelumnya 48,4 persen.

Berita Rekomendasi

Inarno menambahkan, peningkatan jumlah investor juga merupakan hasil dari upaya BEI dan stakeholders dalam melakukan sosialisasi, edukasi, serta literasi kepada masyarakat.

"Hingga 29 Desember 2021, di seluruh Indonesia telah berlangsung 10.117 kegiatan edukasi, dengan jumlah peserta mencapai lebih dari 1,2 juta orang. Dari seluruh kegiatan tersebut, lebih dari 97 persen kegiatan dilakukan secara daring, begitu juga aktivitas sosialisasi kepada para stakeholders lainnya," pungkasnya.

Baca juga: IHSG Hari Ini Diprediksi Menguat, Cermati Deretan Saham Ini yang Berpotensi Rebound

Meski jumlah investor meningkat pesat, sayangnya pelaku bursa diduga mulai menggunakan influencer artis kini jadi perbincangan.

Pihak BEI pun memberi tanggapan kelebihan dan kekurangannya bagi publik.

Influencer adalah seorang yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi orang lain karena kapasitas yang dimilikinya.

Biasanya tokoh yang dikenal luas, kalau di media sosial, biasanya memiliki follower yang banyak.

Terbaru adalah artis serba sukses Raffi Ahmad dan musisi kondang Ari Lasso.

Keduanya diduga menjadi influencer untuk saham saham MCAS.

Terkait hal itu Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan, pihak bursa sejatinya menyambut positif tokoh publik yang menjadi influencer saham.

Namun, dia mengingatkan para influencer itu akan tanggung jawab moral terhadap para follower.

Baca juga: IHSG Akhir Pekan Ini Dibuka Berseri, Naik 16,633 Poin ke Level 6.572.184

"Kami juga mengingatkan potensi tuntutan hukum dari para follower apabila ada yang merasa dikecewakan," terang Laksono, Selasa (5/1/2021).

Oleh sebab itu, BEI akan mengajak influencer untuk berdiskusi terkait hal tersebut.

Sementara, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga menanggapi terkait dugaan oknum influencer yang memberikan opini demi mendorong atau pom-pom harga saham tertentu.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, sektor pasar modal pada dasarnya tidak terlepas situasi global dan suku bunga di dalam negeri.

"Nah ini kebetulan kalau di 2021 seluruh dunia mengalami hal yang sama. Jadi ibarat kalau kita me-leverage (mengungkit), di-leverage ke mana? Semuanya mengalami hal yang sama dalam proses transisi untuk pemulihan," ujarnya dalam acara virtual, Selasa (26/1/2021).

Karena itu, Wimboh menjelaskan, kalau pasar modal di Indonesia mengandalkan sentimen positif dalam negeri untuk menggerakan harga saham dan ini mungkin atau sah-sah saja.

"Karena ekonomi kita lebih didorong oleh memang pertumbuhan dari dalam negeri, domestik demand. Menurut hemat kami, tetap kita akan mengelola bagaimana menyeimbangkan di domestik ini akan berbagai instrumen yang ada," katanya.

Menurut dia, di masa pandemi Covid-19 ini banyak orang memang yang tadinya konsumtif menjadi berkurang karena ruang geraknya terbatas, sehingga membelanjakan uangnya ke saham.

"Ruang bergerak berkurang, tidak bisa makan di restoran secara lebih leluasa lagi, tidak bisa melakukan traveling, dan pasti ini disposible income-nya banyak sekali. Ini menjadi kekuatan untuk investasi, mungkin kalau 1 bulan atau 2 bulan, ini kan sudah hampir 10 bulan dan barangkali jumlahnya cukup banyak," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas