Ekonomi Asia Tenggara Diprediksi Mulai Bangkit pada Tahun Ini
Oxford Economics memprediksi ekonomi di kawasan Asia Tenggara pada tahun ini akan bangkit, seiring mulai dilonggarkan pembatasan aktivitas masyarakat
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Muhammad Zulfikar

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Oxford Economics memprediksi ekonomi di kawasan Asia Tenggara pada tahun ini akan bangkit, seiring mulai dilonggarkannya pembatasan aktivitas masyarakat, serta terus meningkatnya jumlah vaksinasi Covid-19.
Oxford Economics Lead Asia Economist, Sian Fenner saat Economic Insight Forum yang diadakan oleh the Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) memaparkan, gelombang pandemi Covid-19 pada 2021 yang lebih besar dibandingkan dengan tahun ini, telah memperlambat laju pemulihan ekonomi di kawasan dan berdampak pada keputusan untuk meningkatkan pembatasan.
Akibatnya, tingkat PDB di kawasan saat ini masih berada di antara 4-6 persen atau lebih rendah dari sebelum pandemi, yaitu di kuartal IV 2019.
Baca juga: Bantu Daya Saing UMKM, Kementerian BUMN Hadirkan Rumah Pengemasan Produk
"Namun, prospek untuk 2022 tetap positif dengan adanya pelonggaran pembatasan dan percepatan vaksinasi Covid-19," kata Sian Fenner dalam keterangannya, Rabu (12/1/2022).
Menurutnya, pembatasan aktivitas masyarakat yang sebelumnya diberlakukan memberikan pukulan terhadap tingkat pengeluaran konsumen untuk jasa layanan, yang menyumbang sekitar 20 persen dari pengeluaran konsumsi rumah tangga pada 2019 di seluruh ekonomi Asia Tenggara.
Artinya, pembatasan selama pandemi secara signifikan memengaruhi ketergantungan ekonomi pada sektor ini, dan berdampak pada penurunan belanja konsumen di kawasan sejak pandemi dimulai.
Namun, pelonggaran pembatasan dan mulai kembali aktifnya sektor pariwisata diprediksi akan berdampak kuat pada pemulihan pengeluaran konsumsi dan layanan rumah tangga.
"Kembali dibukanya perbatasan antarnegara akan mendorong pertumbuhan ekspor yang lebih cepat. Hal ini termasuk untuk negara-negara yang sangat bergantung pada pariwisata," paparnya.
Baca juga: Menparekraf Undang Haji Salamiah Duduk di Sebelahnya Saat Nonton MotoGP Mandalika
"Pendapatan yang dihasilkan dari kombinasi pembukaan kembali hotel, pemulihan upah, dan pergerakan orang berkontribusi secara langsung dan tidak langsung terhadap peningkatan pengeluaran ke negara lain," sambungnya.
Presiden ICAEW William Brooks mengatakan, secara keseluruhan, Asia Tenggara berada dalam kondisi yang sangat baik dibandingkan dengan sebagian besar bagian dunia lainnya dalam mengendalikan pandemi.
Menurutnya, pemulihan pascapandemi saat ini tengah berlangsung sepenuhnya dengan peningkatan aktivitas ekonomi dan pergerakan perdagangan.
"Kita juga melihat munculnya new normal dengan adanya perubahan pada cara kerja dan gaya hidup, serta perubahan perilaku konsumen. Hubungan geopolitik dan lintas batas juga mengalami perubahan dengan dunia yang tampaknya makin tidak stabil dan tidak dapat diprediksi," tuturnya.