Pemerintah Kembangkan Industri Petrokimia untuk Tekan Defisit Neraca Perdagangan
Guna menekan defisit neraca perdagangan pemerintah melalui Kementerian Keuangan akan mengembangkan industri petrokimia.
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribun Network, Willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Guna menekan defisit neraca perdagangan pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan mengembangkan industri petrokimia.
Salah satu perusahaan petrokimia PT Tuban Petrochemical Industries (TubanPetro) diyakini akan memberikan kontribusi signifikan mendorong kemandirian industri sehingga tidak bergantung kepada impor.
Sebagai catatan, akibat tingginya impor petrokimia tahun 2020 sebesar USD7 Miliar dengan volume 7,33 Juta Ton, menyumbang defisit terhadap neraca perdagangan sebesar hampir USD 5 miliar.
Produk yang banyak diimpor adalah etilena, benzene, toluene, propilena dan silena serta polietilena, polipropilena yang merupakan bahan baku industri plastik.
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Rionald Silaban menjelaskan, agar defisit secara perlahan dapat terus dikurangi, pemerintah terus mendorong pengembangan petrokimia di TubanPetro.
Baca juga: Tekan Impor Produk Turunan Petrokimia, Kapasitas Produksi Paraxylene Digenjot
Apalagi, prospek pengembangan industri petrokimia masih sangat besar untuk dikembangkan dengan belum terpenuhinya kebutuhan bahan petrokimia untuk dalam negeri sehingga masih dilakukan suplai dari luar negeri yang dominan.
Rionald menjelaskan, selama pandemi Covid-19, kinerja TubanPetro Grup tetap terjaga dengan baik, sejalan dengan tren kenaikan di industri petrokimia.
Baca juga: Petrokimia Gresik Efisiensikan Biaya Operasional Lewat Penerapan Green Port
Berdasar data pemerintah, Industri petrokimia hulu hingga hilir dan berhasil membukukan tingkat pertumbuhan sebesar 9,39 % pada 2020 dan 9,15% pada triwulan 2 tahun 2021.
TubanPetro yang bergerak di industri petrokimia hulu dan intermediate, mencatatkan pendapatan konsolidasi perusahaan mengalami kenaikan 29% sepanjang 2019 hingga 2021 dari Rp 3,44 triliun menjadi Rp 4,44 triliun.
Sedangkan, konsolidasi laba bersih naik menjadi Rp 771 miliar pada 2021 dari sebelumnya Rp 671 miliar pada 2019.
Baca juga: Produsen Petrokimia Didorong Konsisten Terapkan Prinsip Industri Hijau
Kenaikan ini terjadi akibat meningkatnya harga jual komoditas yang diproduksi oleh anak usahanya, yaitu produk Polypropilene dari PT Polytama Propindo dan produk 2-Ethyl Hexanol dari PT Petro Oxo Nusantara.
Selain membukukan kinerja finansial yang positif, selama tahun 2021 ini TubanPetro berhasil melakukan pembayaran dipercepat atas sisa Utang Multi-Years Bond yang tidak dikonversi kepada Kementerian Keuangan sebesar Rp 50 miliar sehingga total pembayaran utang tersebut pada tahun 2021 adalah Rp 66,5 mliliar.
Net Eksportir Petrokimia
Salah satu acuan pengembangan petrokimia nasional yaitu, Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035. Diharapkan, pada 2028 dapat mencapai tingkat produksi dalam negeri yang melampaui demand domestik sehingga menjadi net eksportir komoditas petrokimia.