Saat Penerapan WFH, Tarif Sewa Ruang Perkantoran Mengalami Penurunan
Dengan masih berlanjutnya sistem kerja dari rumah atau work from home (WFH), subsektor perkantoran masih menghadapi tantangan penurunan tarif sewa
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dengan masih berlanjutnya sistem kerja dari rumah atau work from home (WFH), subsektor perkantoran masih menghadapi tantangan penurunan ukuran sewa ruang.
Hal ini berdampak terhadap terhambatnya rencana ekspansi ruang kantor dari calon penyewa, ditambah dengan pasokan baru yang terus memasuki pasar di tengah pandemi.
Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip membeberkan rekam jejak pasar perkantoran di Central Business District (CBD) Jakarta pada semester II 2021.
Baca juga: Kasus Covid-19 Jakarta Melonjak, Pemerintah Pusat Imbau ASN Jabodetabek Terapkan WFH
Di sektor perkantoran, tidak ada pasokan baru pada semester akhir 2021, sehingga pasokan tetap di 7.068.941 meter persegi (m2).
"Koreksi tingkat hunian masih berlanjut, saat ini berada di 71,8 persen. Harga sewa stagnan, cenderung melemah," ujarnya dalam webinar, Kamis (10/2/2022).
Sementara itu, terdapat lima proyek baru, sejumlah 407.647 m2, diperkirakan akan memasuki pasar di 2022.
Namun setelah 2022, belum ada proyek baru yang akan memasuki pasar perkantoran di CBD Jakarta.
Sedangkan, masih ada 389.100 m2 ruang perkantoran yang menunda masuk pasar sampai waktu yang belum pasti.
Baca juga: Fraksi Golkar DPR RI Berlakukan WFH Setelah Dua Anggotanya Dinyatakan Positif Covid-19
Willson menambahkan, sektor farmasi, IT, fintech, telekomunikasi, fast moving consumer goods (FMCG), dan konstruksi berpotensi menyerap ruang perkantoran di CBD Jakarta.
“Di tengah berlanjutnya WFH dengan pola hybrid, kebutuhan ruang kantor tetap diperlukan sebagai sarana kolaborasi antar pegawai untuk memompa semangat produktivitas. Namun, desain lebih fleksibel dengan sirkulasi yang lapang menjadi tren saat ini," pungkasnya.