Targetkan Bauran EBT 23 Persen di 2025, Menteri ESDM Beberkan Sumber Energi Bersih di Indonesia
Pertemuan tersebut dilakukan untuk membahas upaya transisi energi di Indonesia yang juga merupakan isu utama pada gelaran Presidensi G20 Indonesia
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mencapai 23 persen energi baru dan terbarukan (EBT) pada bauran energi di tahun 2025.
Di akhir tahun 2021, bauran energi dari EBT telah mencapai sekitar 11,7 persen.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Arifin saat melakukan pertemuan dengan World Bank Managing Director for Operations Axel van Trotsenburg dan Vice President for East Asia and the Pacific Manuela Ferro.
Pertemuan tersebut dilakukan untuk membahas upaya transisi energi di Indonesia yang juga merupakan isu utama pada gelaran Presidensi G20 Indonesia.
"Untuk mencapai target tersebut, kami mengesahkan Peraturan Menteri terkait PLTS Atap. Kami juga menargetkan bahwa akan ada tambahan 3,6 Gigawatt (GW) PLTS Atap yang terpasang pada tahun 2025,” jelas Arifin dalam keterangannya di Jakarta, (16/2/2022).
“Indonesia negara tropis, sehingga banyak daerah yang memiliki radiasi matahari yang maksimal. Kami juga memiliki potensi energi angin, air, dan arus laut,"sambungnya.
Arifin juga membeberkan sejumlah upaya untuk mencapai bauran energi tersebut, yakni pembangunan 10,6 GW pembangkit listrik tenaga (PLT) EBT, termasuk penggantian PLTD menjadi PLT EBT, dan pemanfaatan biofuel hingga 11,6 juta kiloliter.
Arifin juga menunjukkan bahwa Pemerintah telah memiliki peta jalan menuju Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.
Pada peta jalan tersebut, tambahan pembangkit listrik setelah tahun 2030 hanya dari PLT EBT.
Mulai 2035, pembangkit listrik akan didominasi oleh Variable Renewable Energy (VRE) dalam bentuk tenaga surya, diikuti tenaga angin dan arus laut pada tahun berikutnya.
Hidrogen juga akan dimanfaatkan secara gradual mulai 2031 dan secara masif pada 2051.
Kemudian tenaga nuklir akan masuk dalam sistem pembangkitan mulai tahun 2049.
"Pada rencana suplai listrik, kami memiliki arus laut, surya, air, panas bumi, dan sebagainya. Namun saat ini sumber energi terbesar adalah dari energi surya. Selain itu, kami juga belum mempertimbangkan pemanfaatan tenaga nuklir (dalam waktu dekat), melainkan mulai tahun 2049," pungkas Arifin.