Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Minyak Goreng Masih Membubung, Kedelai dan Daging Sapi Kini Ikut Melonjak

Usai melakukan aksi mogok itu, pedagang tempe pun kembali hadir dengan harga baru yang diperkirakan naik 20 persen dari sebelumnya.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Harga Minyak Goreng Masih Membubung, Kedelai dan Daging Sapi Kini Ikut Melonjak
Tribun Jakarta/Yusuf Bachtiar
Lapak pedagang daging sapi. 

1 liter minyak goreng kira-kira setara dengan 0,8 kilogram minyak goreng. Untuk harga minyak goreng non-subsidi di Malaysia, sambung Lutfi, di sana dibanderol sekitar 6,7 ringgit atau sekitar Rp 20.000 per kilogram.

"Artinya kan lebih mahal sebenarnya daripada minyak di Indonesia ini," klaim Lutfi seperti dikutip pada Selasa (1/2/2022).

Benarkah klaim Mendag Lutfi bahwa minyak goreng non-subsidi Indonesia masih lebih murah dibandingkan Malaysia?

Dikutip dari keterangan resmi Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Halehwal Pengguna (KPDNHEP), pemerintah Malaysia menetapkan harga minyak masak, sebutan minyak goreng di Malaysia, untuk kemasan sederhana adalah sebesar RM 2,5 atau setara dengan Rp 8.500 per liter.

Kini pemerintah Indonesia menetapkan harga minyak goreng Rp 14.000 per liter, namun hingga kini minyak goreng di pasar masih langka.

Kenaikan Harga Kedelai

Perajin tempe tahu menaikkan harga produksinya setinggi 20 Persen, hal ini untuk menyesuaikan kenaikan bahan dasar tahu tempe yaitu kedelai.

Berita Rekomendasi

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), Aip Syaifudin mengatakan rencana ini dilakukan karena mahalnya harga kedelai impor bahan baku produksi.

Baca juga: Tahu Tempe Beredar Lagi di Pasaran, Giliran Pedagang Daging Jabodetabek Rencana Mogok Jualan 5 Hari

Hingga Minggu (20/2/2022) harga kedelai impor berkisar Rp 11 ribu sampai Rp 11.700 per kilogram, hal ini sangat memberatkan biaya produksi para produsen tempe dan tahu.

Pengerajin tempe mulai merebus kacang kedelai yang di olah menjadi tempe ada hari pertama mogok pruduksi tempe dan tahu di  Sunter Agung, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (21/2/2022). Produksi tempe ini bisa di pasarkan pada hari kamis atau usai pemogokan tempe-tahu yang di ikut produksen tempe-tahu se-Jabodetabek karena mahalnya kedelai selama 3 hari. (Warta Kota/Henry Lopulalan)
Pengerajin tempe mulai merebus kacang kedelai yang di olah menjadi tempe ada hari pertama mogok pruduksi tempe dan tahu di Sunter Agung, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (21/2/2022). Produksi tempe ini bisa di pasarkan pada hari kamis atau usai pemogokan tempe-tahu yang di ikut produksen tempe-tahu se-Jabodetabek karena mahalnya kedelai selama 3 hari. (Warta Kota/Henry Lopulalan) (Warta Kota/Henry Lopulalan)

"Kenaikan antara 10 sampai 20 persen. Memang rencananya kita naikkan, dan kita sudah sepakat mau menaikkan," kata Aip saat dikonfirmasi di Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (20/2/2022).

Menurutnya rencana kenaikan ini hanya solusi jangka pendek karena harga kedelai impor diprediksi akan terus melonjak hingga bulan Juni 2022 terpengaruh harga kedelai global.

Prediksi didasarkan pada waktu panen kedelai di tiga negara penghasil kedelai terbesar, yakni Amerika, Brazil, dan Argentina yang baru memasuki waktu panen bulan September.

Baca juga: Atasi Krisis Tahu Tempe, Seknas Jokowi: Pemerintah Harus Dorong Swasembada Kedelai

"Sampai dengan Juni itu akan naik terus harga kedelai. Jadi ini kenaikan kedelai juga belum maksimal, akan naik terus. Nanti mulai Agustus, September mulai turun," ujarnya.

Aip menuturkan kenaikan harga imbas mahalnya harga kedelai global tidak terhindarkan karena dari total 3 juta ton kedelai kebutuhan Indonesia dalam satu tahun, 2,6 juta berasal dari impor.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas