Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

DMO Naik, Ekonom Curiga Ada Masalah Serius dalam Tata Kelola Minyak Goreng

Celios bilang ada kontradiksi antara klaim pasokan crude palm oil (CPO) di hulu aman dengan kelangkaan minyak goreng (migor).

Editor: Sanusi
zoom-in DMO Naik, Ekonom Curiga Ada Masalah Serius dalam Tata Kelola Minyak Goreng
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Pedagang eceran membawa jeriken berisi minyak goreng usai membeli saat distribusi minyak goreng curah di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (9/3/2022). Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan Badan Pangan Nasional menjual minyak goreng curah kepada pedagang eceran dengan harga jual Rp 10.500 per liternya dan meminta pedagang tidak menjual kembali di atas Rp 11.500 per liter kepada masyarakat.?TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, ada kontradiksi antara klaim pasokan crude palm oil (CPO) di hulu aman dengan kelangkaan minyak goreng (migor).

Menurut dia, jika pasokan di hulu aman, maka seharusnya tidak perlu ada kenaikan domestic market obligation (DMO) dari 20 persen jadi 30 persen.

"Artinya, ada masalah serius dalam tata kelola minyak goreng ini. Kebijakan DMO CPO yang sudah ada yakni 20 persen harusnya mencukupi, tapi sejauh ini efeknya belum dirasakan di tingkat retail minyak goreng," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews.com, Kamis (10/3/2022).

Baca juga: Surati Jokowi, APPSI Merasa Pemerintah Lebih Berpihak ke Ritel Modern Soal Distribusi Minyak Goreng

Padahal, dia menilai bisa dilakukan pengecekan terhadap besaran pasokan CPO di produsen dan berapa yang diproses menjadi minyak goreng.

'Dicocokkan dengan data penjualan minyak goreng seluruh produsen. Masalahnya, di bagian CPO itu rentan permainan untuk lobi keringanan DMO," kata Bhima.

Baca juga: Keluh Kesah Warga Lebak Susah Beli Minyak Goreng: Kami Warga Kampung Tidak Kebagian

Alhasil tarik ulur masalah pasokan masih saja terjadi, meskipun DMO-nya naik menjadi 30 persen, sehingga sama sekali tidak menyelesaikan persoalan dalam jangka pendek.

BERITA REKOMENDASI

"Selain itu, perusahaan CPO yang sudah patuh DMO 20 persen, harus segera cari saluran ke perusahaan minyak goreng. Namun, tetapi preferensi tentu ke anak usaha yang jadi prioritas, sehingga akibatnya perusahaan minyak goreng yang tidak memiliki kebun atau tidak terintegrasi sulit mencari pasokan CPO," pungkasnya.

Pastikan Stok Dalam Negeri Aman, DMO Minyak Goreng Naik Jadi 30 Persen

Menteri Perdagangan Muhammad Lufti menyampaikan kebijakan domestic market obligation (DMO) minyak goreng dari volume ekspor, akan dinaikkan menjadi 30 persen.

"Kami akan keluarkan peraturan baru yang mewajibkan DMO, kami naikkan dari 20 persen hari ini menjadi 30 persen untuk besok pagi," kata Lutfi secara virtual, Rabu (9/3/2022).

Menurutnya, dinaikkannya DMO menjadi 30 persen sebagai upaya memastikan adanya stok minyak goreng di dalam negeri terjamin, dan akhirnya pasokan maupun harga komoditas pangan terjadi menjadi normal.


"Nanti 6 bulan kami review, kalau masih kami lihat kekeringan di pasar daripada minyak goreng, belum capai normal mungkin saja akan ditambah. Saya akan pastikan minyak goreng untuk Indonesia terjangkau untuk masyatakat luas," paparnya.

Baca juga: Polres Lebak dan Polres Serang Kota Jual Minyak Goreng Barang Bukti Hasil Sitaan

Ia pun menyampaikan, kebijakan DMO merupakan jangka panjang dan akan tetap menjadi kewajiban para eksportir CPO beserta produk turunannya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas