Pandemi Timbulkan Luka Berkepanjangan Terhadap Pariwisata, Gubernur BI Ungkap Langkah Antisipasi
pariwisata perlu menjadi prioritas penanganan mengingat sektor tersebut merupakan pilar ekonomi global
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, aktivitas perekonomian yang mulai pulih pascapandemi masih menyisakan bekas luka (scarring effect) jangka menengah panjang yang perlu diantisipasi.
Pandemi Covid-19 berimbas pada produktivitas dengan adanya tantangan pada pasar tenaga kerja dan pendidikan, serta pada investasi maupun sektor swasta, terutama pada sektor transportasi dan pariwisata.
Terkait hal itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menekankan pentingnya peran G20 melalui kebijakan yang pro terhadap produktivitas, investasi, penguatan pasar tenaga kerja dan relokasi modal.
Baca juga: Labuan Bajo Siap Sambut G20, Momen Akselerasi Pemulihan Ekonomi dan Pariwisata Nasional
“Pandemi mengakibatkan terjadinya disrupsi pasar tenaga kerja seperti pengangguran seketika akibat pandemi, serta penurunan produktivitas akibat perubahan metode pendidikan sekolah,” ungkap Perry dalam keterangannya, dikutip Jumat (11/3/2022).
“Lebih lanjut, timbul efek lanjutan masalah pengangguran tersebut seperti kesehatan, masalah sosial hingga stabilitas politik,” sambungnya.
Baca juga: Bangun Pariwisata saat Pandemi, Sandiaga Uno Dinilai Mampu Jalankan Arahan Jokowi
Solusi penanganan sektor tersebut yaitu mengutamakan investasi healthcare dan produksi vaksin sebagai penanganan pandemi, hingga investasi pada infrastruktur digital guna meningkatkan produktivitas kerja dan pendidikan.
Kemudian perlunya memaksimalkan kemampuan digital pada pelajar dan pekerja, menggiatkan investasi sektor strategis, serta dukungan pada masa transisi yakni peningkatan keterampilan kaum wanita dan pemuda.
Dalam hal ini, pariwisata perlu menjadi prioritas penanganan mengingat sektor tersebut merupakan pilar ekonomi global yang melibatkan pemuda, wanita serta sektor informal.
Lebih lanjut guncangan dapat berdampak pada masalah fiskal dan risiko kredit.
Untuk penanganannya, lanjut Perry, terdapat sejumlah inovasi seperti promosi pariwisata domestik, eco-tourism, inovasi teknologi, serta mengaitkan pariwisata dengan sektor lainnya seperti agrikultur dan pengembangan produk ekspor.
Pemulihan sektor pariwisata juga bergantung pada kebijakan suatu negara terhadap mobilitas wisatawan yang dikaitkan dengan isu kesehatan.
Menjawab tantangan tersebut, sekaligus untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif, Perry menjelaskan, terdapat prioritas penanganan scarring effects.
“Antara lain seperti relokasi tenaga kerja untuk mengurangi pengangguran dan mendukung keahlian baru, relokasi modal dan dukungan investasi, serta peningkatan inklusi dan literasi digital melalui pemanfaatan teknologi, serta penanganan dan pencegahan pandemi yang menjadi hal krusial,” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.