Arakbica: Merengkuh Yang Sakral - Dari Bali Untuk Dunia
Bali tumbuh dalam nafas tradisi dan kebudayaan yang terjaga. Tubuhnya tanah, air, langit, api, sekaligus cahaya; ruhnya ritus.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Arakbica, merengkuh yang sakral untuk disajikan penuh kemuliaan. Dengan mengedepankan kualitas sekaligus menjadi simbol keberlanjutan dan ekosistem yang terjaga, Arakbica menjadi persembahan dari Bali untuk dunia.
Bali tumbuh dalam nafas tradisi dan kebudayaan yang terjaga. Tubuhnya tanah, air, langit, api, sekaligus cahaya; ruhnya ritus. Kehidupan masyarakat Bali menjadi cermin kesadaran dalam berpikir, berkata dan berbuat bagi diri, semesta alam dan Ia Yang Maha Pemberi.
Arak sebagai minuman lokal Bali pun tak lepas dari ritus. Tak hanya menjadi teman baik di segala kondisi, arak selalu hadir dalam berbagai upacara keagamaan di Bali. Dari pohon kelapa, enau, atau lontar yang tumbuh subur di tanah Bali, nira disadap kemudian diolah untuk menghasilkan alkohol alami. Menggunakan api kecil dari tungku kayu bakar, nira ditampung dalam batang kelapa besar berpenutup yang dilengkapi pipa penyuling, untuk menghasilkan cita rasa halus dengan kandungan alkohol sesuai yang diminati.
Arak adalah narasi kuat tentang kearifan lokal Bali. Dalam setiap prosesnya, tertanam nilai budaya, nilai sosial hingga ekonomi yang begitu besar. Produksi arak di Bali tak kurang dari 500,000 liter per bulan dari 5,000 unit usaha yang tersebar di seluruh Bali. Tingginya kebutuhan arak setidaknya mampu menyerap hingga 25,000 tenaga kerja yang menghidupi 100,000 jiwa dengan total value mencapai 240 miliar/tahun. Legalitas arak Bali melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi Dan/Atau Destilasi Khas Bali pun menjadi angin segar bagi pembuat arak, bagi mereka yang selalu teguh percaya dan menjaga kearifan lokal yang dimiliki.
Nilai-nilai yang terkandung dalam arak pun menerbitkan keinginan Twalen Spirit untuk memproduksi varian arak bernama Arakbica. Sejak diperkenalkan kali pertama di Twalen Warong, M Bloc Market, Arakbica telah mendapat sambutan dan komentar positif dari berbagai kalangan. Pada awal masa produksi di bulan Maret hingga November 2020, promosi yang dilakukan belum begitu agresif. Arakbica baru sekedar dipajang di dalam kedai. Namun kekuatan promosi dari mulut ke mulut membuat Arakbica dikenal dan diminati karena kenikmatan yang menjanjikan. Lebih dari 1500 botol sudah dinikmati oleh berbagai lintas profesi dan usia; tua, muda, pebisnis, pelaku kerja kreatif, musik, film, arsitek, hingga kalangan pejabat publik.
Hulu ke Hilir
Kisah Arakbica bermula pada Maret 2020, saat sang pengrajinnya, Anak Agung Hadi Prawira, yang semula bekerja di industri pariwisata kemudian berhenti bekerja karena pandemi COVID-19 yang menerjang seluruh dunia, tanpa terkecuali Bali. Pada masa awal pandemi itu Hadi mengisi waktu luangnya dengan meracik arak dan membagikannya kepada teman-teman terdekatnya, termasuk Wena Wahyudi, founder Twalen Warong. Sambutan yang diterima oleh kawan-kawannya ternyata sangat positif. Wena kemudian membawa Arakbica tersebut ke Jakarta dan memperkenalkannya lagi kepada M Bloc Group yang kebetulan saat itu tengah membuka audisi untuk tenant M Bloc Market. Selanjutnya adalah sejarah.
Arakbica diproduksi dengan bahan baku yang diambil langsung dari petani arak di Karangasem dan petani kopi Kintamani, Bangli, Bali. Dimulai dari penyadapan nira, proses fermentasi, dua kali distilasi sampai dengan pembuatan cold brew coffee, seluruhnya dikontrol ketat dan diproses di sebuah pabrik rumahan di daerah Jalan Panji, Badung, Bali.
Meskipun berskala UKM, pabrik Arakbica memiliki izin usaha, sertifikat BPOM, bea cukai dan telah mendapatkan The International Organization for Standardization (ISO) 9001:2015 dan 14001:2015. Arakbica merupakan kerja kolektif antara pengrajin arak,
art mixology, desainer, DKV, penulis, kreator (Founder Twalen, Wena Wahyudi), dan M Bloc Group melalui PT Ruang Rasa Kuliner. Arakbica mengedepankan kerja kolektif berdasarkan pemahaman bersama untuk sebuah tujuan yang tak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga berkontribusi langsung bagi terciptanya dampak sosial budaya yang positif.
Melalui Arakbica yang secara resmi diluncurkan pada Jumat (11/3) di Twalen Warong, kawasan M Bloc Space, Jakarta Selatan, Twalen Spirit mengupayakan agar minuman lokal beralkohol bisa naik kelas dan diterima pasar global dengan fokus perhatian pada penguatan karakter dan kualitas rasa, kemasan dan dampak, serta visi misi untuk meningkatkan value. Kerja kolaborasi dilakukan sepenuhnya untuk menghasilkan kualitas terbaik. Kerja kolektif dan kolaboratif ini menjadi kekuatan untuk mendukung kelestarian arak Bali yang bersinggungan langsung dengan lingkungan hidup.
“Kami ingin mengagregasi produk dan petani arak Bali. Bermula dari Arakbica, semoga dalam perjalanannya Twalen Spirit bisa bertemu dengan artisan minuman lokal lainnya se-Nusantara,” jelas Wena Wahyudi, founder Twalen Spirit dan Twalen Warong.
“Twalen Spirit dengan produk pertamanya, Arakbica, tak hanya sekadar menjanjikan kebahagiaan bagi yang mencicipinya, namun juga menjadi bagian integral dari sebuah supply chain yang panjang ekosistem arak di Bali dari hulu hingga ke hilir dan mampu membuka lapangan pekerjaan serta menjanjikan kesejahteraan bagi para petani yang terlibat di dalamnya. Karena cita rasa dan visinya yang mulia tersebut M Bloc Group sangat bangga untuk dapat bersama-sama Twalen Spirit mengembangkan Arakbica menjadi sebuah jenama karya UKM/UMKM unggulan yang memiliki standar internasional dan layak untuk diekspor,” ujar Handoko Hendroyono, co-founder sekaligus CEO M Bloc Space.