Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Saham-saham di Sektor Ini Berpotensi Anjlok Jika Suku Bunga Naik

Saham-saham di beberapa sektor diperkirakan babak belur jika ada kenaikan suku bunga, untuk menyesuaikan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Saham-saham di Sektor Ini Berpotensi Anjlok Jika Suku Bunga Naik
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Senin (3/1/2022). Saham-saham di Sektor Ini Berpotensi Anjlok Jika Ada Kenaikan Suku Bunga  

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, potensi kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI), akan berdampak terhadap pasar modal

Saham-saham di beberapa sektor diperkirakan babak belur jika ada kenaikan suku bunga, untuk menyesuaikan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed

"Saham yang berpotensi terdampak yakni growth stock atau saham-saham di sektor teknologi, properti, dan infrastruktur," ujar dia melalui risetnya, Selasa (15/3/2022).

Baca juga: Segera IPO, GoTo Beri Penawaran Harga Rp316 Hingga Rp346 per Saham

Sementara dalam hal tertekannya kinerja pasar saham maupun surat utang, Nico melihat peluang untuk membeli saham atau obligasi dengan fundamental baik. 

Caranya yakni dengan strategi buy on weakness alias beli saat melemah dan memposisikan obligasi dengan tenor pendek agar terjaga dari volatilitas pasar berkepanjangan. 

Di sisi lain, tingkat suku bunga The Fed yang dipertahankan rendah sejak pandemi atau sebesar 0,25 persen hampir berada di ujung jalan. 

Berita Rekomendasi

Pasalnya, tingkat inflasi AS tersebut terus menanjak seiring dengan gangguan pasokan yang terjadi dan diperparah dengan konflik Rusia-Ukraina hingga membuat harga komoditas terus mencetak rekor. 

"Untuk meredam tingkat inflasi yang bergerak liar, pejabat The Fed terpaksa untuk segera mengambil langkah agresif pengetatan moneter demi menstabilisasi sistem keuangan," kata Nico. 

Dia menambahkan, adanya korelasi positif antara kebijakan moneter AS dan Indonesia, tidak akan serta-merta membuat BI juga agresif dalam menaikkan suku bunga.

Baca juga: IHSG Sesi I Menanjak Hingga 6.954,Investor Asing Buru Saham BBRI.BBCA dn BBNI

Sebab, tingkat inflasi dalam negeri  terpantau masih rendah dan masih berada dalam target inflasi dalam negeri yaitu 2 persen hingga 4 persen. 

"Namun, pertanyaannya adalah bagaimana dengan volatilitas dan stabilitas yang nanti akan terjadi di pasar nanti. Ini merupakan sebuah pertanyaan bagi kita semua dan rumput bergoyang yang akan menjawabnya nanti," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas