Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Pertumbuhan Ekonomi Asia Diperkirakan Melambat Imbas Perang di Ukraina

Gangguan pasokan komoditas, ketegangan keuangan, dan harga yang lebih tinggi adalah beberapa faktor penyebab pertumbuhan ekonomi Asia melambat.

Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Pertumbuhan Ekonomi Asia Diperkirakan Melambat Imbas Perang di Ukraina
istimewa
Pertumbuhan Ekonomi Asia Diperkirakan Melambat Imbas Perang di Ukraina 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laporan terbaru Bank Dunia yang dirilis Selasa (5/4/2022) menyebutkan, perang di Ukraina akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Asia.

Gangguan pasokan komoditas, ketegangan keuangan, dan harga yang lebih tinggi adalah beberapa faktor penyebab pertumbuhan ekonomi Asia melambat.

Bank Dunia juga memprediksikan, ada peningkatan angka kemiskinan di kawasan Asia-Pasifik tahun ini. Kondisi tersebut akan menjadi masalah baru bagi masyarakat dan ekosistem bisnis.

Baca juga: Bank Indonesia Mulai Layani Penukaran Uang Tunai untuk Kebutuhan Lebaran, Tersedia di 5.013 Lokasi

Dilansir dari Associated Press, Bank Dunia sebelumnya memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Asia tahun ini 5%, turun dari perkiraan awal sebesar 5,4%.

Hanya, melalui berbagai skenario yang mungkin terjadi di masa mendatang, Bank Dunia kemudian menurunkan perkiraannya menjadi 4% saja.

Sebelum perang pecah di Ukraina, kawasan ini sempat mengalami rebound ke pertumbuhan 7,2% pada 2021.

Kekuatan ekonomi terbesar di Asia, yakni China, bahkan pertumbuhannya hanya 5%. Pertumbuhan ekonomi China tahun ini jauh lebih lambat dari tahun lalu yang mencapai 8,1%.

Berita Rekomendasi

Laporan Bank Dunia secara jelas menyebutkan, invasi Rusia ke Ukraina telah berperan dalam menaikkan harga minyak, gas, dan komoditas lainnya.

Hal ini kemudian menekan daya beli rumahtangga, serta membebani bisnis dan pemerintah yang sudah menghadapi tingkat utang yang luar biasa tinggi akibat pandemi Covid-19.

Bank Dunia menggarisbawahi tiga hal yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi Asia. Yakni, perang, perubahan kebijakan moneter di AS dan beberapa negara lain, serta perlambatan ekonomi China.

Baca juga: Lebih dari 77,8 Persen Nasabah Bank Amar Berasal dari Kalangan Milenial

Bank Dunia melihat, sebagian besar negara Asia masih tertinggal dalam pemulihannya dari pandemi. Kondisi ini juga berlaku pada China yang mulai merasakan tekanan baru dari keputusan lockdown di Shanghai, kota terbesar di negara itu.

Kondisi ekonomi yang melambat akan semakin goyah dengan kemunculan gelombang Covid-19 baru. Jika terus berlanjut, keadaan ini akan memengaruhi banyak negara Asia yang perdagangannya bergantung pada permintaan dari China.

"Guncangan ini kemungkinan akan memperbesar kesulitan pasca Covid. Sebanyak 8 juta juta rumahtangga yang jatuh ke dalam kemiskinan selama pandemi, akan melihat pendapatan riil menyusut lebih jauh karena harga melonjak," tulis laporan Bank Dunia.

Laporan Bank Dunia mencatat, ekonomi Asia secara umum telah tumbuh lebih baik selama gelombang varian Delta tahun lalu. Rata-rata negara dengan tingkat vaksinasi 1 poin persentase lebih tinggi juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas