Imbas Perang Rusia Vs Ukraina, IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jepang
Imbas perang Rusia dan Ukraina, International Monetary Fund (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Jepang.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Imbas perang Rusia dan Ukraina, International Monetary Fund (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Jepang.
IMF juga mendesak para pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan menyiapkan rencana darurat jika krisis Ukraina menggagalkan pemulihan ekonomi.
IMF menyebutkan, di tengah kenaikan biaya komoditas yang dapat mendorong inflasi, Bank of Japan (BOJ) harus mempertahankan kebijakan ultra-longgar untuk waktu yang lama untuk mencapai target inflasi 2% secara berkelanjutan.
Baca juga: AS Minta Rusia Dikeluarkan dari G20, Janet Yellen Ancam Boikot Pertemuan di RI Bila Putin Datang
Lebih lanjut, IMF bilang eskalasi konflik Ukraina bisa menimbulkan risiko penurunan yang signifikan terhadap ekonomi Jepang. Mengingat, ada juga potensi pukulan terhadap perdagangan dan kenaikan harga komoditas dapat menghambat permintaan domestik.
"Mengingat ketidakpastian yang meningkat termasuk dari pandemi dan konflik di Ukraina, pihak berwenang dapat mempertimbangkan untuk menyiapkan rencana darurat yang siap diterapkan jika ekonominya menghadapi guncangan parah, kata IMF seperti dikutip dari Reuters, Kamis (7/4).
IMF mengatakan sekarang mengharapkan ekonomi Jepang tumbuh 2,4% tahun ini, lebih rendah dari proyeksi untuk ekspansi 3,3% yang dibuat pada Januari, karena kontraksi yang diharapkan pada kuartal pertama dan efek limpahan dari perang Ukraina.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-43, Berikut Ini Sejumlah Peristiwa yang Terjadi
Permintaan domestik kemungkinan akan melambat akibat lonjakan harga komoditas, sementara ketegangan geo-politik dan perlambatan pertumbuhan China yang lebih tajam dari perkiraan merupakan risiko bagi ekspor.
Mengenai harga, IMF mengatakan Jepang kemungkinan akan melihat momentum inflasi meningkat karena harga komoditas yang lebih tinggi, dan ekspektasi rebound dalam konsumsi karena kasus infeksi virus corona turun.
"Akomodasi kebijakan moneter yang berkepanjangan akan diperlukan, bagaimanapun, karena inflasi konsumen utama diperkirakan akan tetap di 1,0% tahun ini, katanya.
Di sisi lain, BOJ mengatakan tidak perlu menyesuaikan kerangka kerja saat ini dan menyatakan keprihatinan atas rekomendasi IMF untuk memperpendek target kurva imbal hasil.
Di bawah kebijakan yang disebut kontrol kurva imbal hasil (YCC), BOJ memandu suku bunga jangka pendek di -0,1% dan imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun sekitar 0%. Batas imbal hasil 10-tahun telah dikritik oleh beberapa analis karena meratakan kurva imbal hasil dan menghancurkan margin lembaga keuangan.
artikel ini sudah tayang di KONTAN dengan judul IMF Pangkas Poyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jepang karena Dampak dari Perang Ukraina