Imbas Serangan Militer Putin, Operator Gas Ukraina Rugi Hingga Ratusan Juta Euro
Serangan militer Putin ke Ukraina, tak hanya melumpuhkan berbagai kota besar Ukraina namun juga menghancurkan operator transit gas Ukraina.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.CO, KIYV – Serangan militer Putin ke Ukraina sejak 24 Februari lalu, tak hanya melumpuhkan berbagai kota besar Ukraina namun juga menghancurkan operator transit gas Ukraina.
Bahkan akibat serangan tersebut, perusahaan pipa gas asal Ukraina merugi hingga ratusan juta euro.
CEO operator (OGTSU), Sergiy Makogon menjelaskan kerugian tersebut disebabkan, hancurnya tiga pipa gas besar di Ukraina akibat dari serangan rudal Rusia pada beberapa waktu lalu.
Baca juga: Inggris Membekukan Aset Sberbank dalam Putaran Baru Sanksi Rusia
Rusaknya ketiga pipa tersebut juga menyebabkan penutupan massal pada 48 stasiun distribusi gas utama. Tak sampai disitu empat stasiun kompresor Ukraina pun ikut kena boikot setelah Rusia berhasil menguasai beberapa wilayah strategis Ukraina.
“Kerusakan material kami sudah mencapai ratusan juta euro, Sampai saat ini, 300.000 rumah tangga dibiarkan tanpa pasokan gas." kata Makogon dikutip dari Reuters.
Baca juga: AS Ancam Jatuhkan Sanksi ke China jika Dukung Perang Rusia di Ukraina
Sebelum adanya invasi militer Putin, Ukraina sendiri biasanya sanggup mengkonsumsi 30 billion cubic metres (bcm) gas per tahun. Sementara untuk kegiatan ekspor sepanjang tahun lalu Ukraina diketahui memasok sebanyak 20 bcm gas untuk berbagai wilayah di Eropa.
Namun akibat memanasnya invasi yang dilakukan Rusia kini membuat Ukraina terancam mengalami krisis pasokan gas. Meski kilang dan pipa gas tersebut masih tahap renovasi, namun Makogon menyebut jika cara tersebut tidak bisa dilakukan secara menyeluruh lantaran adanya keterbatasan biaya.
Untuk mengantisipasi makin meruginya industri gas Rusia Makogon menambah jika pihaknya akan mulai membatasi penggunaan gas untuk ekspor maupun untuk konsumsi warganya.
"Karyawan kami tetap melakukan pekerjaan mereka, memperbaiki kerusakan ketika mereka memiliki kesempatan sekecil apa pun. Meski mengalami krisisi, namun kami berupaya mengangkut gas ke konsumen Ukraina” tutup Makogon.