Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

China dan Negara Lainnya Tetap Impor Minyak Dari Rusia

Lantaran kargo Sokol untuk pemuatan Mei ke Asia sudah terjual habis, kata para pedagang kepada Bloomberg pada Kamis (7/4).

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in China dan Negara Lainnya Tetap Impor Minyak Dari Rusia
TRIBUNNEWS.COM/BAKAMLA RI
Ilustrasi kapal tanker pengangkut minyak 

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING -- Meski dilarang oleh Amerika Serikat (AS) untuk membeli minyak dari Rusia, perusahaan-perusahaan milik negara China dan buyer Asia tetap membeli minyak dalam volume ekstra.

Meski mereka melakukannya diam diam karena ada larangan dari Amerika Serikat (AS) untuk membeli minyak asal Rusia.

Menurut sumber yang mengetahui hal ini berbagai perusahaan seperti CNOOC, PetroChina, dan Sinochem tetap memasok kargo minyak dari Rusia untuk pengiriman Mei.

Bahkan, Sinopec yang dikelola oleh negara sekaligus perusahaan penyulingan terbesar di Asia juga terlibat, mengutip Reuters pada Jumat (8/4).

Baca juga: Uni Eropa Beri Sanksi Rusia, Perusahaan Batubara RI Siap Berpesta?

Perusahaan-perusahaan milik negara China tidak ingin dilihat secara terbuka mendukung Moskow dengan membeli minyak dalam volume ekstra. Setelah Washington melarang minyak Rusia bulan lalu dan Uni Eropa menjatuhkan sanksi pada eksportir top Rusia Rosneft dan Gazprom Neft.

Sinopec dan Petrochina menolak berkomentar. CNOOC dan Sinochem tidak segera menanggapi permintaan komentar.

China dan Rusia telah mengembangkan hubungan yang semakin dekat dalam beberapa tahun terakhir, dan baru-baru ini pada Februari mengumumkan kemitraan tanpa batas.

Berita Rekomendasi

China telah menolak untuk mengutuk tindakan Rusia di Ukraina atau menyebutnya sebagai invasi.

Baca juga: Alasan AS Jatuhkan Sanksi pada Dua Putri Putin, Diduga Ikut Terlibat Sembunyikan Harta Putin

China, importir minyak terbesar di dunia, adalah pembeli utama minyak mentah Rusia dengan 1,6 juta barel per hari, setengahnya dipasok melalui pipa di bawah kontrak pemerintah-ke-pemerintah.

Penurunan impor minyak Rusia dari China dapat mendorong perusahaan penyulingan raksasa negara untuk beralih ke sumber alternatif.

Ini akan menambah kekhawatiran pasokan global yang telah mendorong harga minyak acuan Brent ke level tertinggi 14 tahun mendekati US$140 per barel pada awal Maret setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari.

Tak hanya itu, buyer atau pembeli Asia terus membeli salah satu kualitas minyak mentah utama Rusia yang dikirim dari pelabuhan Timur.

Lantaran kargo Sokol untuk pemuatan Mei ke Asia sudah terjual habis, kata para pedagang kepada Bloomberg pada Kamis (7/4).

Minyak mentah dari proyek Sakhalin I telah dijual baik secara term atau spot ke Korea Selatan, China, dan India, kata sumber Bloomberg.

Baca juga: Pimpinan Komisi II DPR Minta Mendagri Beri Sanksi Kepada Para Kades yang Dukung Jokowi 3 Periode

Pelayaran untuk mengirimkan kargo Sokol ke Asia hanya memakan waktu seminggu karena muatannya sedang dimuat dari pelabuhan Timur Jauh Rusia.

Pembeli di Jepang, Korea Selatan, India, dan penyulingan independen China dilaporkan telah membeli minyak Sokol untuk pengiriman Mei. Exxon, akan menggunakan bagiannya dari Sokol di kilangnya sendiri.

Dalam perkiraan awal pekan ini, Wood Mackenzie mengatakan bahwa ekonomi maju seperti sekutu AS, dan UE diperkirakan akan mengganti sekitar 650.000 barel per hari minyak mentah Rusia dengan nilai dari produsen lain di tengah sanksi sendiri.

Namun, importir minyak Asia belum berlomba untuk membeli minyak mentah Rusia yang telah didiskon besar-besaran karena kewajiban kontrak jangka pendek dengan produsen Timur Tengah. (Maizal Walfajri)

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas