Minyak Goreng Bekas Berpotensi Hasilkan Biodiesel Rendah Emisi
Minyak goreng bekas atau Used Cooking Oil (UCO) dapat menjadi solusi untuk mencapai target transisi energi fosil ke energi baru dan terbarukan.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Minyak goreng bekas atau Used Cooking Oil (UCO) dapat menjadi solusi untuk mencapai target transisi energi fosil ke energi baru dan terbarukan.
Research Manager Traction Energy Asia Fariz Panghegar mengatakan tantangan penggunaan UCO menjadi biodiesel yang berkelanjutan dan rendah emisi.
“UCO sebagai limbah cair dari kegiatan memasak dapat menjadi bahan baku komplementer untuk memenuhi kebutuhan biodiesel,” kata dalam diskusi dikutip Jumat (8/4/2022).
Baca juga: Pemerintah Perlu Serius Memaksimalkan Minyak Jelantah Sebagai Biodiesel
Berdasarkan hasil riset Traction Energy Asia, penggunaan UCO sebagai bahan baku biodiesel dapat menurunkan timbulan emisi hingga 49 juta Kg CO2 eq.
Adapun pemerintah menargetkan penurunan emisi sektor energi 2022 sebesar 91 juta ton CO2.
Ia menuturkan biodiesel dengan campuran CPO dan UCO dapat menurunkan emisi 8 sampai 24 persen dari total target penurunan emisi sektor energi jika persentase biodiesel UCO ditambahkan sebanyak 10-30 persen dalam produksi B30 saat ini.
Kemudian, bodiesel yang terdiri dari masing-masing B30 dari CPO dan B30 dari UCO mampu menurunkan emisi 2,4 sampai 24 persen dari total target penurunan emisi sektor energi jika menambahkan 10 sampai 100 persen bahan baku biodiesel UCO dalam produksi B30.
“Jadi, terkait capaian kebijakan Bahan Bakar Nabati (BBN) nasional, angka penurunan emisi GRK di sektor energi dapat meningkat dengan menambahkan produk berbahan bakar berbasis UCO,” ucapnya.
Fariz menambahkan, terdapat sejumlah manfaat penggunaan UCO sebagai bahan baku komplementer biodiesel.
Baca juga: Produksi Biodiesel Tahun 2022 Ditargetkan Mencapai 10,15 Juta Kiloliter
Selain dapat menghemat anggaran pengadaan BBN nasional mencapai Rp 4 triliun, pemanfaatan UCO juga merupakan kegiatan ekonomi sirkular.
Kegiatan ini dapat memberikan penghasilan tambahan bagi unit rumah tangga dan usaha penghasil UCO.
“Potensi ketersediaan rumah tangga dan unit bisnis skala mikro mencapai 1,2 juta kilo liter per tahun. Kami asumsikan, ini dapat menghasilkan 954.751 kilo liter UCO sebagai bahan baku pengganti biodiesel,” katanya.
Kepala Kajian Ekonomi Lingkungan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Alin Halimatussadiah, rumah tangga memiliki peran strategis untuk menyalurkan minyak jelantahnya.
Sebab, rumah tangga juga akan merasakan manfaat lingkungan dan kesehatan.
Baca juga: Uni Eropa: Konsumsi Biodiesel 2031 Akan Turun, Impor Minyak Sawit Dibatasi
Oleh karena itu, Alin menyebutkan bahwa perilaku rumah tangga dalam pengumpulan UCO perlu diantisipasi.
Terdapat biaya tertentu yang perlu dikeluarkan untuk mengumpulkan UCO dari kualitas yang bervariasi, titik pengambilan yang beragam, dan kemauan untuk menjual yang berbeda-beda.
“Sehingga, para pemain perlu memperhatikan berbagai hal terkait perilaku rumah tangga, sistem logistik dan insentif yang akan diberi nantinya,” ucap Alin.