Kementan Dorong Gerakan Panen Air Untuk Antisipasi Kemarau 2022
Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan langkah antisipasi puncak musim kemarau tahun 2022 yang nantinya akan berlangsung pada bulan Agustus.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan langkah antisipasi puncak musim kemarau tahun 2022 yang nantinya akan berlangsung pada bulan Agustus.
Salah satu terobosan atau cara baru yang didorong yakni Gerakan Panen Air.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi mengatakan air hujan dan run-off merupakan salah satu sumber daya alam yang selama ini belum termanfaatkan secara optimal, hanya dibiarkan mengalir ke saluran-saluran drainase menuju ke sungai-sungai yang akhirnya mengalir ke laut.
Baca juga: Kementan: Sesuai Arahan Mentan SYL, Penggunaan Anggaran Efisien dan On The Track
Jika mampu diolah dan dikelola dengan baik, air hujan tersebut akan memiliki manfaat, terutama untuk keberlangsungan penyediaan air untuk sektor pertanian.
"Saya pernah ke daerah Katingan sudah melakukan metode panen air, di setiap genting rumah ada drum untuk menampung air hujan. Di Gunung Kidul di setiap bawah pohon besar ada cekungan untuk menampung air," ucap Suwandi dalam keterangannya dikutip, Minggu (10/4/2022).
Dirinya berharap masyarakat semua bisa mengelola air, panen air sedemikian rupa sekaligus merubah kebiasaan untuk memanfaatkan air yang ada.
Untuk sawah yang menggunakan sumur submersible, menurut Suwandi, seharusnya air jangan langsung masuk sawah.
Air sebaiknya diputar dahulu untuk berbagai proses produksi, terakhir baru dilepas ke tempat pembuangan.
“Setiap jengkal tanah harus dimanfaatkan, setiap tetes air itu sumber kehidupan. Saya salut dengan Grobogan (Jawa Tengah) daerah kering bisa tanam dan panen padi 4 kali setahun dengan memanfaatkan air hujan,” ungkap Suwandi.
Baca juga: Sesuai Arahan Presiden, Kementan Berkomitmen Perkuat Produksi Pinang Penuhi Ekspor
Sementara itu Dekan Sekolah Vokasi UGM, Agus Maryono mengatakan, dirinya berharap dan mendorong gerakan panen air sebagai langkah kongkret mengantisipasi kekeringan, khususnya sektor pertanian.
Menurutnya, masyarakat harus memulai gerakan panen air hujan, yakni dengan menerapkan pola TRAP (Tampung dan manfaatkan, Resapkan ke tanah, Alirkan ke drainase, dan Pelihara masyarakat) sehingga air hujan menjadi tidak terbuang.
"Beberapa keuntungan memanen air hujan antara lain banjir berkurang, kekeringan berkurang, kesehatan meningkat, pertanian meningkat, perikanan meningkat, air tanah terjaga, lingkungan sehat, alam terjaga, dan masyarakat sejahtera," papar Agus.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.