Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Force Majeure, Unit Exxon Neftegas Kini Stop Operasinya Untuk Rusia

Exxon Mobil Corp (XOM.N) menyatakan salah satu mitra migasnya yang berada di Rusia yaitu Rusia Exxon Neftegas Ltd tengah mengalami force majeur

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Pabrikan otomotif asal AS, Exxon Mobil Corp (XOM.N) menyatakan salah satu mitra migasnya yang berada di Rusia yaitu Rusia Exxon Neftegas Ltd tengah mengalami force majeur, Rabu (27/4/2022).

Sebagai informasi, kondisi force majeur ialah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak, dimana salah satu mitra yang bekerjasama dalam kontrak tersebut menjadi tidak dapat memenuhi isi perjanjian yang mereka buat sebelumnya.

Baca juga: Turuti Permintaan UE, Jerman Embargo Energi Rusia, Picu Kenaikan Harga Minyak ke Rekor Tertinggi

Melansir dari Reuters, kondisi force majeur yang terjadi pada Exxon Neftegas Ltd disebabkan oleh adanya sanksi yang ramai dijatuhkan untuk Rusia, setelah militernya menginvasi Ukraina pada beberapa bulan terakhir.

Hal inilah yang kemudian membuat operasi anak usaha Exxon Neftegas Ltd yang ada di pulau Sakhalin, timur Rusia, Sakhalin-1 mengalami kesulitan melakukan pengiriman minyak mentah sebanyak 273.000 barel per hari, untuk para pelanggan utamanya yang tersebar di Korea Selatan, Jepang, Australia, Thailand, hingga Amerika.

Baca juga: Rusia Rilis Daftar 100 Tentara Bayaran Asal Inggris yang Ikut Perang Membela Ukraina

Sanksi yang berkembang juga telah membuat pemangku kepentingan proyek, yang juga termasuk konsorsium Pengembangan Minyak dan Gas Sakhalin Jepang dan penjelajah India ONGC Videsh (ONVI.NS), mengalami kesulitan dalam menyewa kapal tanker untuk mengirim minyak keluar dari wilayah produksi.

Juru bicara Exxon Julie King menyebut, kondisi force majeur yang menimpa Sakhalin-1 sudah dialami sejak awal Maret. Kekahwatiran Exxon akan adanya kerugian yang makin membengkak telah membuat perusahaan ini menghentikan semua operasinya di Rusia, sejak satu Maret lalu. Termasuk pabrik minyaknya Sakhalin 1, serta semua penjualan untuk produk kimia dan pelumasnya ke Rusia dan Belarus.

Berita Rekomendasi

Bahkan demi mengeluarkan asetnya yang ada di Rusia, perusahaan minyak ini rela menggelontorkan dana sekitar 4 miliar dolar AS.

"Sebagai operator Sakhalin-1, kami memiliki kewajiban untuk memastikan keselamatan orang, perlindungan lingkungan dan integritas operasi," jelas King.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas