Terapkan Ekonomi Sirkuler, Klinko Raih Pertumbuhan Positif di 2021
Industri alat kebersihan menunjukan pertumbuhan positif di masa pandemi Covid-19 seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri alat kebersihan (cleaning equipment) menunjukan pertumbuhan positif di masa pandemi Covid-19 seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan sebagai upaya preventif mencegah penyebaran virus Covid-19.
Permintaan pasar domestik meningkat, begitu juga permintaan untuk kebutuhan sektor komersial seperti operasional perkantoran dan industri.
Seperti ditunjukkan oleh PT Klinko Karya Imaji, produsen alat kebersihan berbasis di Gresik, Jawa Timur. Perusahaan ini meraih laba bersih sebesar 46 persen dibanding tahun 2020.
Baca juga: Airlangga Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tetap Tinggi Sepanjang 2022
Perusahaan menargetkan pertumbuhan sebesar 300 persen di 2022, dan meningkat lagi hingga 200 persen 2023 atau senilai Rp 2,8 miliar dan Rp 4,3 miliar di 2024.
Direktur Utama Klinko, Anggun Supanji menyatakan, alat kebersihan adalah komoditas peralatan rumah tangga yang punya serapan tinggi di pasar dan tren penjualan yang stabil karena mendukung higienitas dan kualitas hidup manusia.
“Klinko memiliki visi menjadi produsen alat kebersihan yang berkualitas dan ramah lingkungan bertaraf internasional. Kami punya filosofi Cleaning with Colors, terwujud lewat varian produk Klinko yang beraneka warna dan dinamis. Artinya, kami ingin aktivitas membersihkan terkesan menyenangkan, tidak lagi dianggap hal yang membosankan,” ujar Anggun, Selasa (10/5/2022).
Didirikan tahun 2016, perusahaan ini awalnya memproduksi 5.000 kain pel per bulan dengan fokus market komersial dan retail domestik. Tak butuh waktu lama, bisnis perusahaan ini kian melesat dalam memasarkan berbagai produk kebersihan rumah tangga seperti lobby duster, keset lantai, kain pel, serta 16 produk turunan lainnya.
Setahun kemudian, industri cleaning equipment ini berhasil menembus pasar ekspor pertama ke Singapura dan Italia dan kemudian meluas ke pasar di empat benua yakni Asia, Afrika, Amerika, dan Eropa. Keberhasilan ini juga ditunjang model kerja sama private labels dengan menyuplai produknya kepada klien komersial untuk dipasarkan sebagai brand lain.
Baca juga: Bank Indonesia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi di 2022 Capai 5,3 Persen
Model kerja sama ini sukses menjangkau pasar domestik maupun global, karena sejumlah keunggulan Klinko seperti kapasitas produksi yang besar, material ramah lingkungan, harga yang kompetitif, dan memungkinkan klien melakukan kustomisasi produk sesuai kebutuhan dengan warna yang menarik. Selain itu, lokasi operasional Klinko dalam kawasan industri utama di Jawa Timur juga memudahkan distribusi lintas pulau.
Produk yang dihasilkan perusahaan ini memiliki karakteristik utama ramah lingkungan, yang tercermin melalui penerapan konsep 3R (Reuse, Reduce, Recycle), dalam proses pemilihan material benang daur ulang dengan tanpa menggunakan pewarna kimia dalam menciptakan produk aneka warna, karena sudah memggunakan warna sudah berasal dari material limbah tekstil yang didaur ulang, sehingga lebih ramah lingkungan.
Proses produksi yang menerapkan prinsip ekonomi sirkulterbukti mampu menyerap limbah tekstil sebanyak 60.000 sampai 120.000 kg per tahun hingga saat ini dan akan terus bertambah seiring dengan proyeksi peningkatan produksi di tahun berikutnya.
Anggun menjelaskan, perusahaannya mengimplementasikan material daur ulang limbah tekstil yang ramah lingkungan pada 90 persen kategori produknya dan ke depannya akan terus bertambah.
Hal ini sekaligus dukungan terhadap agenda Presidensi G20 tahun 2022, melalui kontribusi nyata dalam menangani perubahan iklim akibat dampak aktivitas industri sejalan dengan Program Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada poin 12 tentang Responsible Consumption and Production atau konsumsi dan produksi berkelanjutan yang telah ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations).