PBB Desak Rusia Izinkan Ukraina Ekspor Gandum demi Atasi Krisis Pangan
Perserikatan Bangsa Bangsa berupaya memulihkan ekspor gandum Ukraina demi mencegah krisis pangan global makin meluas.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan lembaganya sedang berada di tahap pembicaraan dengan Rusia, Ukraina, Turki, Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk memulihkan ekspor gandum Ukraina demi mencegah krisis pangan global makin meluas.
“Saya berharap tetapi masih ada jalan yang harus ditempuh. Implikasi keamanan, ekonomi, dan keuangan yang kompleks membutuhkan niat baik di semua sisi,” kata Guterres, yang mengunjungi Rusia dan Ukraina pada akhir bulan lalu
Dikutip dari Aljazeera, dalam pertemuan yang membahas mengenai ketahanan pangan di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diadakan oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken pada Rabu (18/5/2022) kemarin, Guteress mengimbau Rusia untuk mengizinkan ekspor biji-bijian yang saat ini tersimpan di pelabuhan Ukraina, serta meminta agar pangan dan pupuk Rusia memiliki akses penuh dan tidak terbatas ke pasar dunia.
Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan harga global biji-bijian, minyak goreng, bahan bakar dan pupuk melonjak. Guteress memperingatkan adanya krisis pangan, energi dan ekonomi di negara-negara miskin.
Baca juga: Rusia Akan Stop Ekspor Gandum, Ingatkan Potensi Kelaparan Global Tahun Ini
“Ini mengancam puluhan juta orang ke jurang kerawanan pangan diikuti dengan kekurangan gizi, kelaparan massal dan kelaparan dalam krisis yang bisa berlangsung selama bertahun-tahun,” kata Guterres.
PBB mengatakan sekitar 36 negara mengandalkan Rusia dan Ukraina untuk setengah impor gandum mereka, termasuk Republik Demokratik Kongo, Lebanon, Somalia, Suriah dan Yaman.
Baca juga: India Larang Ekspor Gandum, Ini Efeknya Bagi Indonesia Menurut Ekonom
Ukraina mengekspor sebagian besar barangnya melalui pelabuhan, namun sejak Rusia meluncurkan serangan pada 24 Februari, Ukraina terpaksa mengekspor barang-barangnya melalui kereta api atau melalui pelabuhan kecil di Sungai Danube.
Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (WFP), David Beasley mengimbau Presiden Rusia untuk segera membuka pelabuhan Ukraina, karena WFP membeli 50 persen gandumnya dari Ukraina dan WFP telah memberi makan sekitar 125 juta orang di dunia.
Baca juga: G7: Blokade Rusia atas Laut Hitam Buat Jutaan Orang Kelaparan, Gandum Ukraina Tak Bisa Diekspor
“Jika Anda punya hati, silakan buka pelabuhan ini. Ini bukan hanya tentang Ukraina. Ini tentang yang termiskin dari yang miskin yang berada di ambang kelaparan saat kita berbicara,” kata Beasley.
Sebelum Rusia menyerang Ukraina pada bulan Februari lalu, Ukraina dipandang sebagai lumbung pangan dunia karena tiap bulannya mengekspor sebanyak 4,5 juta ton hasil pertaniannya melalui pelabuhan.
Sementara itu, Rusia dan Ukraian bersama-sama menyumbang hampir sepertiga dari pasokan gandum global. Ukraina juga merupakan pengekspor utama jagung, jelai, minyak bunga matahari dan minyak lobak, sementara Rusia dan Belarusia menyumbang lebih dari 40 persen ekspor kalium global sebagai pupuk tanaman.
Koridor dibutuhkan
Blinken mengatakan Rusia harus dipaksa untuk membuat koridor, sehingga makanan dan pasokan vital lainnya dapat dengan aman meninggalkan Ukraina melalui darat atau laut.
“Diperkirakan ada 22 juta ton biji-bijian yang tersimpan di silo di Ukraina saat ini. Pangan yang bisa langsung digunakan untuk membantu mereka yang membutuhkan jika bisa keluar begitu saja,” kata Blinken.
Menurut Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia, pada Selasa (17/5/2022) lalu Guterres berdiskusi dengan Wakil Perdana Menteri pertama Rusia, Andrei Belousov mengenai ekspor pupuk dan biji-bijian Rusia,
“Diskusi, sejauh yang saya tahu, berjalan dengan baik dan positif,” kata Nebenzia kepada wartawan.
Namun Nebenzia mengisyaratkan akses Ukraina ke pasar internasional adalah sebuah masalah yang terpisah. “Kami siap untuk melakukan bagian kami. Akses pasar gandum Ukraina, itu hal lain.” tambahnya.