Bukan Tekor, Telkom Klaim Untung Triliunan Rupiah Sejak Awal Inves di GoTo
PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) buka suara terkait polemik unrealized loss atau kerugian investasi yang belum terealisasi sebesar Rp 881 miliar
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) buka suara terkait polemik unrealized loss atau kerugian investasi yang belum terealisasi sebesar Rp 881 miliar di PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) per kuartal I 2022.
Direktur Keuangan Telkom Heri Supriadi mengatakan, hasil investasi perseroan di Gojek, sebelum merger dan IPO menjadi GOTO, menghasilkan keuntungan triliunan rupiah.
"Dibanding awal kita beli itu lebih tinggi dari (unrealized loss) kuartal I 2022. Sebab, turun dari Rp 375 per saham pada 2021, tapi gain Rp 2,5 triliun dari awal (investasi sebelum IPO)" ujarnya dalam konferensi pers, Jumat (27/5/2022).
Baca juga: Saham GOTO Fluktuatif Cenderung Menguat, Investasi Telkomsel Potensi Cuan Rp 805 Miliar
Lebih lanjut, dia menjelaskan, penurunan harga saham GOTO sejak awal IPO di Bursa Efek Indonesia memang bikin perseroan terlihat merugi.
"Pada saat kuartal I, harga saham itu ke harga penawaran Rp 338, sehingga terjadi unrealized loss Rp 881 miliar," kata Heri.
Dengan demikian jika mau dihitung secara adil, maka angka potensi kerugian yang belum terealisasi masih tertutup keuntungan sebelum GOTO IPO.
"Kalau dibanding 31 Desember 2021, Rp 881 miliar ini reverse dari Rp 2,5 triliun gain. Jadi, total kita masih untung dari sini, dan investasi ini langkah strategis dalam kerja sama ekosistem digital kita," tuturnya.
Baca juga: Awal Perdagangan, Saham GOTO Kembali Merosot Tinggalkan Level Rp 300
Sementara itu, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah menambahkan, unrealized loss tersebut hanya perhitungan di atas kertas untuk periode tertentu saja.
"Untuk unrealized loss Rp 881 miliar dari investasi di GOTO adalah perhitungan akunting, karena dibanding pertama masuk Gojek, harga saat itu dibandingkan (kuartal I 2022) masih lebih tinggi. Namun di akhir 2021 memang harganya lebih tinggi dibanding di akhir kuartal I 2022, sehingga kita unrealized loss," pungkasnya.